Senin, 15 Mei 2023

Koneksi Antar materi Modul 3.2 Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumberdaya



Koneksi Antar Materi

Modul 3.2 Pemimpin Pembelajaran Dalam Pengelolaan Sumber Daya

 

Oleh Anton Budi Nugroho

SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen

Calon Guru Penggerak angkatan 7

Kabupaten Sragen

 

Tujuan Pembelajaran Khusus:  CGP mampu menghubungkan materi modul ini dengan modul-modul yang didapatkan sebelumnya.

 

Kesimpulan tentang “Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya” dan implementasi di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. 

Ekosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Sebuah ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu. Jika diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis.

Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya seperti : murid, kepala sekolah, guru, staf/tenaga kependidikan, kengawas sekolah, orang tua, masyarakat sekitar sekolah, dinas terkait, serta Pemerintah Daerah. Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah: keuangan, sarana dan prasarana, serta lingkungan alam.

Dalam modul 3.2 ini terdapat pendekatan berfikir dalam pengelolaan aset, yang terdiri dari 2 jenis, yakni pendekatan berbasis kekurangan/ masalah (deficit based thinking) dan pendekatan berbasis asset (asset based thinking). Pendekatan berbasis kekurangan/ masalah (Deficit-Based Thinking) akan melihat dengan cara pandang negatif. memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah memusatkan pikiran pada kekuatan positif, pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Seorang pemimpin pembelajaran di sekolah, harus bisa menerapkan pemikiran yang berbasis aset atau asset based thinking karena pertimbangan bahwa berfikir berbasis aset :

  1. menjadikan suasana nyaman dan menyenangkan.
  2. bisa membayangkan masa depan.
  3. berfikir tentang kesuksesan.
  4. mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan).
  5. merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan.
  6. akan melaksanakan rencana-rencana aksi yang sudah diprogramkan.

Seorang pemimpin pembelajaran harus mempunyai pola pikir dan sikap positif, sehingga bisa mengelola aset yang ada dan memanfaatkan aset yang ada untuk kepentingan pembelajaran yang berkualitas, dan mewujudkan siswa yang bahagia. Tentunya pendekatan yang dilakukan merupakan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA), yang mana menekankan pada:

  1. Nilai lebih pada potensi (kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan) yang dimiliki oleh komunitas.
  2. Dorongan agar komunitas mampu memberdayakan aset yang dimiliki, serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna.
  3. Kemandirian komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri.
  4. Berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas.

Berdasarkan sumberdaya yang ada dimiliki sekolah dan dua komponen penting dalam ekosistem sekolah, seorang pemimpin pembelajaran harus bisa memetakan tujuh aset / potensi atau modal utama sebuah sekolah serta mengelolalnya dengan baik. Ketujuh kelompok aset tersebut meliputi: (1) Modal Manusia (2) Modal Fisik (3) Modal Sosial (4) Modal Finansial (5) Modal Politik (6) Modal Lingkungan/ Alam (7) Modal Agama dan Budaya.

Guru diharapkan mampu mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya,  merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan, dan melaksanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan.

Sebagai calon guru penggerak, saya bisa memulai dengan menginventarisir hal-hal positif (aset) yang ada dan mengelompokkan ke dalam tujuh modal yang ada. Dengan menemukenali modal yang ada, diharapkan mampu memudahkan membuat perencanaan ke depan.

 

Contoh hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas. 

Sekolah merupakan institusi pendidikan yang bertanggungjawab dalam mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Kepala sekolah berperan menjadi seorang pengelola/manajer yang harus mampu mengatur kehidupan sekolah. Sumber daya manusia (guru dan tenaga kependidikan, GTK) sebagai pelaku dan pelaksana yang ada merupakan ujung tombak keberhasilan visi misi sekolah. Pengelolaan sumber daya dilakukan dengan beberapa aktivitas termasuk persiapan, penataan, pengarahan, dan pengawasan.

Kepala sekolah dalam pembinaan dan pengembangan tenaga yang dimiliki dapat dilakukan dengan peningkatan profesionalisme, pembinaan karir, dan peningkatan kesejahteraan. Langkah tersebut tentu akan berpengaruh terhadap kontribusi tenaga pendidik dan kependidikan atau sumber daya manusia yang dimiliki sekolah dalam pencapaian tujuan sekolah. Dengan mengetahui potensi masing-masing GTK, kepala sekolah mampu melejitkan potensi dan mendudukan GTK dalam tugas yang sesuai.

Modal sosial terkait erat dengan keberadaan sekolah denga lingkungan sosial yang ada. Hubungan yang baik dengan masyarakat akan mampu menumbuhkan budaya kerja yang saling mendukung. Bantuan masyarakat yang ada, dapat digunakan untuk mendukung keberlangsungan pembelajaran di sekolah. Modal ini bisa didapat apabila sekolah mampu menjalin komunikasi dengan masyarakat.

Keberadaan sekolah di perkotaan, perdesaan, pesisir pantai ataupun di tengah perkampungan merupakan modal yang sangat unik dan khas. Sekolah hendaknya mampu melihat lokasi strategis ini sebagai peluang. Aspek lokasi dan geografis yang ada harusnya dilihat sebagai peluang untuk memajukan sekolah.

Setiap sekolah akan memimpikan memiliki gedung yang megah, bersih, lengkap dan nyaman. Akan tetapi pemerintah (bagi sekolah negeri) dan yayasan (bagi sekolah swasta) tidak akan mampu sekaligus memenuhi keinginan ini. Kepala sekolah yang baik akan memandang kekuranglengkapan fasilitas sebagai sebuah peluang, bukan kendala. Sekolah bisa memanfaatkan fasilitas yang ada seoptimal mungkin. Ketiadaan lapangan olahraga di sekolah dapat diantisipasi dengan sesekali menggunakan lapangan terdekat, sambil mengajari anak bersosialisasi dengan warga sekitar. Minimnya peralatan TIK disiasati dengan belajar bersama secara bergantian, sambil melatih empati antar  murid.

Semua upaya yang dilakukan tersebut sebenarnya bermuara pada kepentingan peserta didik, yaitu menghasilkan lulusan yang bermutu, lulusan yang menguasai seluruh kompetensi yang dipersyaratkan dengan kategori baik. Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa kepala sekolah harus melakukan upaya-upaya tertentu dalam mengelola sumber daya manusia yang dimiliki sekolah agar seluruh tenaga, terutama guru dan tenaga administrasi agar mereka memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian tujuan sekolah sesuai dengan visi dan misi sekolah.

 

Hubungan dengan modul 

Berikut hubungan materi antar modul:

1.     Modul 1.1 Refleksi Filosofi Ki Hajar Dewantara : Pemetaan potensi yang bisa disesuaikan untuk menuntun murid sesuai kodratnya. Bagaimana guru dapat memetakan kebutuhan belajar murid dengan menggali aset/kekuatan yang ada.

2.     Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak: Kompetensi atau kemampuan untuk merefleksikan, membuat inovasi dan kreatifitas serta berkolaborasi dalam mendukung kesadaran pemimpin pembelajaran dalam melihat aset/kekuatan yang ada.

3.     Modul 1.3 Visi Guru Penggerak: Konsep BAGJA dan 5D digunakan untuk memulai perencanaan dalam pengelolaan sumber daya.

4.     Modul 1.4 Budaya Positif: Memetakan potensi / aset adalah salah satu cara berpikir positif dalam perencanaan pengembangan sumber daya.

5.     Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi: Dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi, guru bisa memetakan minat dan kreatifitas siswa sebagai aset terbaik sekolah.

6.     Modul 2.2 Keterampilan Sosial dan Emosional: Kompetensi / kemampuan guru dalam keterampilan sosial dan emosional dalam memaksimalkan pembinaan siswa sebagai aset sekolah.

7.     Modul 2.3 Coaching: Teknik, prinsip, dan langkah-langkah coaching bisa dilakukan guru untuk menggali kemampuan dan kemandirian coachee sebagai aset sekolah, dalam menyelesaikan permasalahannya.

8.     Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran : Dengan menerapkan konsep, paradigma dan nilai kebaikan bersama serta penerapan 9 langkah pengambilan keputusan, maka pengelolaan aset dapat berjalan lebih optimal.

 

Ceritakan pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.

Sebelum sampai pada modul ini, saya masih berfikir bahwa untuk mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan, kita membutuhkan dukungan sarana yang lengkap, dana yang memadai untuk membeli semua aset yang dibutuhkan. Kekuranglengkapan sarana yang ada sering membuat saya beralasan untuk berinovasi. Saya sering beralasan karena ketiadaan sarana dan dana. Jika dibuat dalam sebuah daftar (list) sebelum membaca modul ini saya :

1.     Masih berfikir bahwa kekurangan sarana merupakan penghambat kualitas pembelajaran di kelas.

2.     Hanya melihat aset berupa modal finansial dan fisik.

3.     Belum maksimal dalam mengelola sumberdaya yang ada

Sesudah mempelajari modul ini saya mulai tercerahkan, bahwasanya cara berfikir saya masih perlu diluruskan, yaitu saya harus lebih berfokus pada sumber daya yang ada, dengan senantiasa menemukenali dan melihat 7 aset yang ada. Dengan mengingat 7 modal tersebut saya bisa melangkah, apa yang bisa saya kembangkan dari masing-masing modal. 

Perbedaan Sebelum dan Sesudah Mempelajari Modul 3.2 (Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya) saya makin mantap dan lebih optimis untuk menjadi seorang pemimpin dalam mengelola sumber daya yang ada, dimana kerangka berfikir positif senantiasa diutamakan. Dengan adanya kerangka berfikir positif, maka akan mudah melakukan asset based thinking. Dengan berfikir berbasis aset, akan mudah untuk mengelola sumberdaya yang ada.

0 komentar:

Posting Komentar

Mencari hasil penelitian menggunakan publish or perish

Sebagai guru, kita tentunya harus senantiasa mengembangkan pengetahuan dan membaca artikel yang ada pada jurnal secara rutin. Hal ini diguna...