Kamis, 20 April 2023

Koneksi Antar Materi 3.1 Pengambilan Keputusan pada Pendidikan Guru Penggerak



KONEKSI ANTARMATERI

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

 

Oleh: Anton Budi Nugroho_CGP ANGKATAN 7_KAB.SRAGEN

Sebelum mengajar di SD ini, saya pernah mengajar di pulau Sumatera selama 4 bulan, pada tahun 2007. Saya mencoba mencari peruntungan di tanah rantau. Karena latar belakang saat itu bukan pendidikan, akhirnya saya kembali ke Jawa untuk mengambil akta 4.

di tahun 2008 saya mulai mengajar di sekolah ini. Dari pengalaman tersebut saya banyak belajar bagaimana mengambil keputusan yang berhubungan dengan dilema etika dan bujukan moral.

 

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”

(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).

Bob Talbert

 

Kaitan antara proses pembelajaran dengan kutipan diatas, menurut saya adalah bahwa dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dengan permasalahan dilema etika, dimana sebagai seorang guru kita seringkali mengalami dilema dalam pembelajaran, antara mengedepankan materi atau nilai dari sebuah materi melalui pendidikan karakter.

 

Bagi saya sebuah keputusan harus dapat dipertanggungjawabkan, dan senantiasa berpihak pada murid. Hal ini dengan harapan agar keputusan kita mempunyai dampak positif bagi lingkungan sekolah yaitu terciptanya lingkungan yang aman, nyaman, tanpa adanya perselisihan

 

Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?

Seorang pemimpin pembelajaran mampu berkontribusi pada proses pembelajaran murid dengan cara menuntun siswa untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya. Dari pengalaman pembelajaran ini siswa akan mendapatkan kebahagiaan melalui merdeka belajar. Pengambilan keputusan dalam pembelajaran harus mengutamakan kebutuhan belajar murid, yang dapat dilaksanakan melalui pembelajaran berdiferensiasi.

 

Dari kutipan diatas, dapat ditarik benang merah hubungan antara proses pembelajaran dan pengambilan keputusan. Modul ini memberikan pengetahuan bagaimana posisi guru dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan dilema etika atau bujukan moral, tetap senantiasa memperhatikan nilai-nilai kebijakan universal, tanggungjawab, dan berpihak pada murid. Kutipan tersebut merupakan dilema etika yang dapat diputuskan melalui 9 langkah pengambilan keputusan

 

 

 

Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Saat menghadapi sebuah masalah yang menuntuk guru untuk mengambil keputusan, maka guru harus ingat dengan pratap triloka dalam pendidikan sebagai sistem among yang diusung oleh KHD antara lain :

  • Ing ngarsa sung tuladha , maknanya adalah, seorang guru menjadi teladan bagi muridnya, memimpin, agar pantas ditiru.
  • Ing madya mangun karsa, maknanya, seorang guru melalui kemampuannya memberdayakan, menyemangati, mampu menumbuhkan kualitas diri sendiri dan murid.
  • Tut wuri handayani, yaitu peran guru sebagai motor penggerak yang memotivasi serta mendorong muridnya berkembang ke arah positif..

Kaitannya dengan pengambilan keputusan, seorang pemimpin (guru) harus mampu mengambil sebuah keputusan yang tepat, arif, bijaksana, dan berpihak kepada siswanya. Seorang pemimpin (guru) harus mampu menjadi teladan bagi orang-orang yang dipimpinnya (siswa), seorang pemimpin (guru) harus mampu membangun semangat orang-orang yang dipimpinnya (siswa), dan seorang pemimpin (guru) harus mampu memberikan motivasi kepada orang-orang yang dipimpinnya (siswa) untuk dapat mengembangkan minat, bakat, dan potensi yang dimiliki.

Dalam menjalankan peran sebagai guru, ada kalanya guru dihadapkan dalam situasi yang mengandung dilema etika dan bujukan moral. Dilema etika merupakan sebuah situasi dilematis yang terjadi.  Ketika seseorang harus memilih antar dua pilihan, dimana kedua pilihan benar secara moral, tetapi bertentangan. Bujukan moral adalah sebuah situasi ketika pendidik harus memilih keputusan benar atau salah.

Menurut saya pengaruh pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka terhadap sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran adalah guru menyadari bahwa dalam lingkungan sekolah akan ditemukan berbagai dilema etika dan bujukan moral. Maka dari itu disinilah guru harus memiliki kompetensi dan peran sesuai dengan filosofi Pratap Triloka dari KHD dengan cara menjadi sosok teladan yang positif, motivator, dan sekaligus moral support bagi murid untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila dan merdeka belajar sehingga  guru seyogyanya selalu mengacu pada 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan dalam situasi yang menantang dan bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut.

 

 

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

 

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, tentu berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan. Dalam pengambilan keputusan, kita mengenal ada tiga prinsip yang dapat kita ambil yakni Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan tentunya berkaitan dengan nilai- nilai yang tertanam dalam diri kita.

Salah satu nilai kebajikan universal yang menjadi acuan dalam nilai-nilai kebajikan tanggung jawab. Nilai ini sangat penting dalam hal ini, mengingat sebuah keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan. Melalui sikap tanggung jawab dari dalam diri, sebuah keputusan yang kita ambil akan  mencerminkan bagaimana prinsip diri kita berdasarkan ketiga prinsip pengambilan keputusan, sehingga akan mendorong terwujudnya wellbeing dalam ekosistem pendidikan.

 

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Pada materi pengambilan keputusan yang telah CGP pelajari, CGP memiliki hubungan yang erat dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang telah dilakukan pada modul 2.3. Jika pada proses coaching kita (sealku coach) berupaya untuk membantu agar coachee dapat membuat keputusannya secara mandiri maka dalam modul ini kita kembali melakukan refleksi apakah keputusan yang dibuat tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Dalam pembelajaran pengambilan keputusan ini penulis diberikan panduan berupa paradigma, prinsip, dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan yang tentu akan membuat suatu keputusan semakin tajam dan matang.

 

 

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional sangat berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya dilema etika. Guru yang memiliki kesadaran diri yang baik pasti menunjukkan integritas dan kejujuran dalam pengambilan keputusan. Kemampuan guru dalam mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri sangat diperlukan dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan serta aspirasi. Tidak kalah penting keberagaman latar budaya juga menjadi dasar guru dalam berempati dan peduli.

Pada akhirnya hal tersbut diatas berdampak pada keputusan yang diambil dan perlu dipertanggunjawabkan.

 

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Sebagai seorang pendidik tentu akan menghadapi situasi dilema etika atau bujukan moral di lingkungan sekolah. Pembahasan studi kasus pada modul ini memberikan contoh-contoh yang sering terjadi.  Hal ini akan memberikan arahan dan pedoman agar dapat bertindak secara bijak melalui prinsip, paradigma, dan langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan.

 

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan memiliki arti penting bagi maju atau mundurnya suatu organisasi/sekolah. Pengambilan keputusan yang tepat akan menghasilkan suatu perubahan terhadap organisasi/sekolah ke arah yang lebih baik, terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. namun sebaliknya pengambilan keputusan yang salah akan berdampak buruk pada roda organisasi/sekolah itu sendiri.

 

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Dalam menjalankan pengambilan keputusanm, tantangan yang saya hadapi diantaranya adalah adanya perbedaan pendapat antar individu maupun antar kelompok. Untuk ini saya harus dapat memilah antara dilema etika atau bujukan moral.  Selanjutnya kaitan antara masalah yang ada tidak lepas dari paradigma di lingkungan sekolah, yaitu :

1. Individu vs kelompok

2. Keadilan vs belas kasihan

3. Kebenaran vs kesetiaan

4. Jangka pendek vs jangka panjang

Dari empat hal tersebut, maka setiap permasalahan harus kita tentukan apakah memenuhi aspek diata atau belum. Dengan kejelian menentukan masuk kategori yang mana, maka kita dapat membuat keputusan yang sesuai dan berpihak pada peserta didik.

 

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Terdapat pengaruh antara pengambilan keputusan terhadap pengajaran yang memerdekakan murid seperti keputusan strategi pembelajaran yang dapat mengakomodasi kebutuhan belajar peserta didik, kesiapan murid, minat murid, dan profil belajar murid.

Setelah kita mengetahui ketiga unsur tersebut (minat-kesiapan-profil belajar), selanjutnya dapat kita tentukan stategi pembelajaran yang berdiferensiasi konten, proses dan produk

 

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Seorang pemimpin harusnya berlaku dan bertindak bijaksana, memperhatikan nilai kebajikan universal, tanggung jawab, serta yang berpihak kepada peserta didik. Dengan memahami hal ini, akan terwujud kesejahtearaan murid.

Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Dari pengamalan memahami modul 3.1 ini, dapat disimpulkan bahwa dalam pengambilan keputusan kita harus berdasar pada 3 unsur yaitu nilai kebajikan universal, bertanggungjawab terhadap segala konsekuensi, dan bepihak pada murid.

Pada modul 2.2 kita sudah belajar tentang Pembelajaran Sosial Emosional, dimana dalam mengambil keputusan, kita  harus dalam keadaan tenang. Pada modul 2.3 kita juga sudah dibekali kemampuan untuk melakukan coaching baik sebagi coach maupun sebagai coachee. Dari pengalaman ini, CGP diharapkan dapat dengan sendirinya menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi.

Dari pembelajaran berdiferensiasi, CGP juga belajar untuk menentukan keputusan apa yang diambil agar peserta didik akan memperoleh pembelajaran sesuai dengan kebutuhannya

 

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Saya telah belajar mengenai 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan keputusan sebagai langkah awal untuk menentukan apakah masalah tersebut merupakan dilema etika atau bujukan moral. Ternyata, disebut dilema etika apabila (benar vs benar) dan bujukan moral apabila (salah vs benar). Dan apabila suatu masalah ketika diuji dengan 9 langkah pengambilan ada uji yang dilanggar, maka hal tersebut dapat identifikasi sebagai bujukan moral.”

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Pernah, namun belum melaksanakan 9 uji langkah pengambilan keputusan. Perbedaan yang mencolok adalah, saat itu saya lebih mengedapankan aturan dan kepantasan. Saat itu saya hanya melakukan uji, apa yang akan terjadi apabila hal itu (kasus tersebut) terjadi pada keluarga saya.

 

Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Setelah mempelajari modul ini, saya senantiasa berhati-hati dalam mengambil keputusan. Saya tidak serta merta berpandangan bahwa kita dapat mengontrol siswa secara penuh. Dari pelajaran ini saya paham bahwa keputusan yang diambil harus berdasarkan pada nilai kebajikan, tanggungjawab, dan berpihak pada murid. Untuk mendapatkan hal tersebut (berdasar nilai kebajikan, bertanggung jawab dan berpihak pada murid) prose pengambilan keputusan dilakukan sesuaii kaidah yang ada melalui langkah langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

 

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Materi pengambilan keputusan ini sangat penting, apalagi bagi seorang pemimpin pembelajaran, dimana sebuah keputusan diambil harus berdasarkan beberapa pertimbangan. Dari pertimbangan tersbut akan dihasilkan sebuah keputusan yang ada dapat dipertanggungjawabkan. Keputusan yang diambil adalah langkah yang paling bijaksana dan yang terbaik.


Sabtu, 15 April 2023

Jurnal Refleksi Dwimingguan 9



Jurnal refleksi dwimingguan 9

Peristiwa

Tidak terasa pembelajaran Pendidikan Guru Penggerak telah memasuki dwiminggu ke-9. Pembelajaran dwiminggu 9 dimulai pada 3 April 2023 berupa Eksplorasi Konsep. Pada modul 3.1 modul yang dipelajari mengenai Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin.

Pada Eksplorasi konsep saya belajar mengenai pengambilan keputusan yang dimulai dari sekolah sebagai institusi moral, prinsip etika, keterampilan pengambilan keputusan, bujukan moral, dilema etika, prinsip pengambilan keputusan, dan ditajamkan dengan mengerjakan kasus yang berhubungan dengan dilema etika.

Pada tanggal 5 April 2023, dilaksanakan forum diskusi di ruang kolaborasi untuk membuat kasus yang terkait dengan dilema etika. Saya berempat bersama bu Anis, pak Agung, bu Riza mencoba membuat kasus yang terkait dengan dilema etika. Soal ini kemudian dikumpulkan kepada Fasilitator.

Pada hari Ahad, 9 April 2023, CGP angkatan 7 kab. Sragen melaksanakan Lokakarya 4 di SMP n 6 Sragen. Pada lokakarya ini, cgp belajar mengenai coaching yang dilaksanakan pada modul 2.3.

Selanjtnya, pada Senin 10 April 2023, saya bertemu di Ruang Kolaborasi untuk mempresentasikan hasil diskusi sebelumnya dan memcoba menelaah kelompok lain. Kelompok yang saya telaah adalah kelompok Pak Amir yang mengangkat isu kehamilan menjelang ujian akhir. Diskusi berjalan dengan sangat menarik karena umpan balik yang positif.

Pada Demonstrasi Kontekstual, saya diminta mewawancarai dua kepala sekolah untuk mengetahui cara mereka mengambil keputusa. Saya diminta membuat analisis yang terkait dengan 4 dilema etika, 3 prinsip keputusan, dan 9 langkah uji pengambilan keputusan.

Selanjutnya untuk lebih memahami tentang pengambilan keputusan, pada tanggal 13 April 2023, saya mengikuti elaborasi Pemahaman bersama Instruktur ibu Misdawati.

 

Perasaan

Sejak awal masuk eksplorasi konsep, saya merasa tertarik dengan materi pengambilan keputusan. Hal ini bagi saya merupakan pengalaman baru dimana dalam memutuskan sebuah hal diperlukan banyak langkah yang selama ini belum pernah saya lalukan semua. Kalaupun dilakukan, paling hanya beberapa uji saja dan lebih kepada pertimbangan rasional atau emosional.

Saya tertantang untuk bisa memecahkan kasus yang disajikan sebaik mungkin, dan saya benar-benar menikmati menjadi seorang pemeran yang ada dalam kasus tersebut. Saya sangat bersyukur dengan adanya materi ini, karena bisa belajar menjadi lebih bijaksana.

Pembelajaran

Dari materi dan pengalaman pembelajaran yang telah saya alami, saya banyak belajar mengenai pentingnya memahami dilema etika, prinsip etika, dan uji pengambilan keputusan.

Saya belajar mengenai perbedaan prinsip pengambilan keputusan berupa berpikir hasil akhir, berbasis rasa peduli, dan berbasis peraturan. Dari sini saya belajar, bahwa semua keputusan yang bijaksana seharusnya berlandaskan hal tersebut.

Saya juga belajar mengenai empat (4) paradigma dilema etika, berupa individu-kelompok, keadilan-rasa kasihan, kebenaran-kesetiaaan, serta jangka pendek-jangka panjang. Keempat paradigma tersebut, digunakan untuk melihat apakah situasi yang ada memenuhi salah satu kondisi di atas. Jika tidak kemungkinan hanya bujukan moral.

Dengan memahami cara mengambil keputusan yang bijaksana, dilakukan denga menggunakan 9 uji keputusan. Dimulai dari uji nilai yang bertentangan, siapa yang terlibat, pengumpulan fakta, uji benar salah, uji benar-benar, menggunakan prinsip resolusi, investigasi trilema, membuat keputusan, dan diakhiri dengan refleksi.

Penerapan

Setelah saya mempelajari, berdiskusi, dan mencoba melakukan wawancara dengan kepala sekolah, saya semakin yakin untuk bisa menerapkan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab sesuai dengan etika yang ada demi kesejahteraan bersama. Ke depan saya akan senantiasa menggunakan prinsip dan uji yang telah saya pelajari untuk bisa mengambil keputusan berdasar nilai kebajikan.

Di kelas saya akan mencoba menerapkan pada anak jika menemui kasus yang terkait dengan dilema etika. Selain itu, saya akan mencoba untuk menularkan ilmu ini kepadda rekan sejawat yang ada, dimulai dari yang dekat, diterapkan sesuai kondisi yang ada.

Harapannya, semua pihak yang ada di sekolah mampu melakukan pengambilan keputusan sesuai nilai kebajikan.

 

Sabtu, 08 April 2023

Jurnal dwimingguan 8

Jurnal dwimingguan 8
Modul coaching untuk supervisi akademik

Peristiwa
Pada modul 2.3 Demonstrasi Kontekstual, kami diberi tugas untuk melaksanakan praktik coaching berpasangan 4. Saya dengan pak Milan, bu Anis, serta ibu Endang. Kami melakukan rekaman di SMA N 1 Sragen. Rekaman kami lakukan di menjelang bulan puasa di hari Rabu 22 Maret 2023. Tahap selanjutnya kami mengedit video untuk diunggah.
Pada elaborasi pemahaman bersama instruktur, merupakan pengalaman yang sangat berharga, mengingat instruktur merupakan coach atau pelatih dari Coach Indonesia.
Setelah itu, kami melaksanakan tugas Koneksi antar materi yang menceritakan pengalaman coaching di sekolah yang pernah dilakukan dan dikaitkan dengan modul 2.1 dan 2.2. Yang tak kalah meraikndari modul ini adalah perencanaanAksi Nyarta 2.3, dimana cgp diharapkan membuat aksi nyata di PI 5.
Modul 2 diakhiri dengan post test yang dilakukan pada tanggal 28 Maret 2023.
Selanjutnya di akhir maret kami melaksanakan pre test modul 3.1.

Perasaan
Belajar modul ini saya serasa sangat senang dan puas. Sebelumnya saya kurang memahami perbedaan coaching dengan metode lainnya (mentoring, training). Setelah belajar dengan memahami alur pertanyaan, saya semakin percaya diri untuk melakukan dan menggali gagasan dan membantu coachee. Apalagi dengan adanya praktik menjadi coachee, coach, dan observer saya makin percaya diri.
Semakin yakin pula saat dalam elaborasi pemahaman disajikan secara langsung praktik coaching yang sangat runtut dan tidak menggurui. Saya makin tertantnag untuk melakukan di sekolah.

Pembelajaran
Dari modul coaching untuk supervisi akademik saya belajar mengenai perbedaan coaching dan metode lainnya.
Saya belajar juga mengenai paradigma berpikir coaching seperti : 1. Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan, 2. Bersikap terbuka dan ingin tahu, 3. Memiliki kesadaran diri yang kuat, serta 4. Mampu melihat peluang baru dan masa depan.
Saya juga belajar mengenai prinsip coaching yaitu kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi. Dalam berinteraksi dengan rekan sejawat atau siapa saja, kita dapat menggunakan ketiga prinsip coaching tersebut dalam rangka memberdayakan orang yang sedang kita ajak berinteraksi.
Setelah memahami paradigma berpikir dan prinsip coaching, saya belajar mengenai Berikut ini adalah kompetensi inti coaching yaitu kehadiran penuh, mendengarkan aktif (mendengarkan dengan RASA), menggunakan pertanyaan berbobot.
Pada alur TIRTA saya belajar membuat pertanyaan yang berbobot melalui tahapan TIRTA (Tujuan, Idantifikasi dan Rencana, serta Tanggung jawab). Pada akhir TIRTA dipelajari juga mengenai cara memberi umpan balik yang baik.
Pada sub modul 2.3.4 saya mulai belajar mengenai Supervisi Akademik dengan Paradigma Berpikir Coaching. Pada materi ini saya belajar mengenai tahapan pelaksanaan supervisi akademis dimulai dari supervisi akademik dengan paradigma berpikir Coaching, Tindak lanjut Supervisi, dan diakhiri dengan Kepala Sekolah sebagai seorang Coach.

Saya belajar bahwa inti dari coaching bukanlah memberi tahu coachee, namun menggali jawaban dari coachee menggunakan alur pertanyaan TIRTA. Dengan memahami alur pertanyaan TIRTA, coachee mampu memecahkan masalahnya sendiri.
Dalam supervisi akademik, alur TIRTA digunakan untuk membantu pelaksanaan pembelajaran yang berkualitass di sekolah. Dengan kemampuan ini CGP diharapkan menjadi pelopor penggerak pembelajaran berkualitas di sekolah.

Penerapan
Hal yang harus saya lakukan dari modul ini, pertama adalah mengulang-ulang cara bertanya saya. Saya harus berlatih untuk bertanya tanpa menggurui, bertanya tanpa merendahkan. Saya akan mulai melakukan coaching untuk peserta didik, kemudian guru di jenjang yang sama. Saya yakin dengan coaching ini mampu meningkatkan peran saya sebagai rekan sejawat yang baik atau guru yang baik.

Guru Bergerak, Indonesia Maju

Mencari hasil penelitian menggunakan publish or perish

Sebagai guru, kita tentunya harus senantiasa mengembangkan pengetahuan dan membaca artikel yang ada pada jurnal secara rutin. Hal ini diguna...