Minggu, 21 Mei 2023

Jurnal Refleksi dwimingguan 11

 


Jurnal  refleksi dwimingguan 11

Tidak terasa kami sudah menyelesaikan modul 3.2. Dan saat penyusunan jurnal dwimingguan 11 ini kami berada di  modul 3.3.

 

1. Fact

Modul 3.2 merupakan salah satu modul yang harus dikerjakan dengan sepenuh hati, pikiran terbuka. Seperti diketahui, modul 3.2 membahas mengenai sumber daya yang ada di sekolah. CGP dituntut untut bisa memetakan 7 modal yang ada di sekolah.

Pada tanggal 8 Mei 2023, Fasilitator mengingatkan CGP untuk menyelesaikan demonstrasi kontekstual.  Kegiatan Dekon berupa melihat tayangan video, kemudian CGP  diminta untuk menemukan prakarsa perubahan yang ada dalam tayangan menggunakan tahapan BAGJA. Laporan dapat dituliskan dalam bentuk narasi atau video.

Pada hari Rabul 10 Mei 2023, CGP diminta untuk menyelesaikan Koneksi Antar Materi. Pada hari itu juga dilaksanakan meet elaborasi pemahaman, dengan instruktur bapak Dadang Darmawan dari Ciamis. Diskusi berlangsung sangat menarik, karena masing-masing CGP berkesempatan memberikan jawaban pertanyaan yang diberikan.

Pada tanggal Senin 15 Mei 2023, Fasilitator mengingatkan CGP untuk mulai membaca modul 3.3, membaca  Mulai dari Diri, eksplorasi konsep mandiri. Modul 3.3 membahas mengenai pengelolaan program yang berdampak pada murid.

Mulai tanggal 16 Mei, dibentuk kelompok untuk membahas eksplorasi mandiri secara diskusi di LMS. Saya mendapat kesempatan untuk sekelompok dengan ibu Anis, Pak Agung, dan ibu Ida. Kami diminta merancang kegiatan dengan tema besar pengelolaan program yang berdampak pada murid.

 

2. Feeling

Senang dan gembira, tentunya CGP rasakan. Tidak terasa sudah hampir selesai perjalanan program gurupenggerak ini. Banyak ilmu yang sudah dipelajari. Interaksi dan diskusi yang selama ini dirasakan membauat saya bangga, bahwa kedewasaan berfikir dan bergerak, diperlukan oleh CGP penggerak dalam turut berperan di komunitasnya.

Sehubungan dengan materi pengelolaan sumber daya, saya yakin bahwa dengan kolaborasi yang baik di sekolah, kita mampu menemukenali hal-hal baik yang ada. Alih-alih mencari kekurangan yang pasti selalu ada dan dianggap sebagai penghalang.

Pada kesempatan ini juga saya merasa senang, Ketika harus berdiskusi di ruang maya secara asinkron. Kami belajar untuk menunggu jawaban atas sebuah pertanyaan yang tak kunjung dijawab, karena kesibukan CGP yang lain. Salah satu hasil dari belajar asinkron adalah bersabar.

 

3. Finding 

Banyak ilmu yang saya pelajari dari dua pekan ini. Belajar mengenai pentingnya berfikir positif terhadap kelebihan yang ada membuat saya sadar, bahwa energi yang terbuang dari berfikir positif atau berfikir negative itu sama, namun hasil yang didapatkan jauh berbeda.

Dengan belajar BAGJA saya juga makin paham bahwa dalam pengelolaan program sekolah hendaknya berangkat dari Buat Pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, hingga Atur eksekusi. Dari ekplorasi konsep, kami juga belajar untuk bertanya dengan pertanyaan yang berbobot seperti pada alur TIRTA, dimana dalam diskusi tidak hanya meminta jawaban YA atau TIDAK, sehingga diskusi berjalan baik.

Kaitanya dengan program yang kami rancang, berupa “makanan tradisional warisan leluhur”. Kegiatan yang ada berupa bazar makanan di sekolah. Kegiatan ini berkaitan dengan beberapa hal yang berisi kegiatan agar murid memiliki keterampilan mencari informasi, merencanakan kegiatan, memasak, mengemas makanan hingga menyajikan menjadi dagangan yang bermutu tinggi.

Program tersebut juga sejalan dengan filosofi KHD bahwa pendidik hendaknya menuntun murid sesuai kodrat alam dan kodrat zaman. Dengan memperhatikan hal tersebut, pada program kuliner, dimana murid harus disiapkan memiliki keterampilan yang sesuai dengan budaya lokal di lingkungan murid. Pelibatan murid dalam kegiatan haruslah mempertimbangakan Suara (Voice), pilihan (Choice), dan kepemilikian (Owner). 

 

4. Future

 

Setelah mencoba berdiskusi secara asinkoron, CGP mulai paham alur merencanakan sebuah kegiatan. Selama ini setiap akan membuat kegiatan, tidak selalu mempelajari aspek SUARA-PILIHAN-KEPEMILIKAN murid. Ke dapan, CGP akan senantiasa mempertimbangkan aspek tersebut.

Adapun yang terkait dengan 7 modal atau kekuatan yang ada di sekolah, seperti yang dipelajari di modul 3.1, bahwa sebisa mungkin CGP harus jeli dalam menemukenali asset yang ada. Dengan ditemukenali asset yang ada, diharapkan CGP mempu membuat dan merencanakan program yang berdampak pada murid.

Saya siap merancanakan program berdampak pada murid dengan melibatkan murid.

 

Guru hebat adalah guru yang membuat murid menjadi hebat.

Senin, 15 Mei 2023

Koneksi Antar materi Modul 3.2 Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumberdaya



Koneksi Antar Materi

Modul 3.2 Pemimpin Pembelajaran Dalam Pengelolaan Sumber Daya

 

Oleh Anton Budi Nugroho

SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen

Calon Guru Penggerak angkatan 7

Kabupaten Sragen

 

Tujuan Pembelajaran Khusus:  CGP mampu menghubungkan materi modul ini dengan modul-modul yang didapatkan sebelumnya.

 

Kesimpulan tentang “Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya” dan implementasi di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. 

Ekosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Sebuah ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu. Jika diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis.

Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya seperti : murid, kepala sekolah, guru, staf/tenaga kependidikan, kengawas sekolah, orang tua, masyarakat sekitar sekolah, dinas terkait, serta Pemerintah Daerah. Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah: keuangan, sarana dan prasarana, serta lingkungan alam.

Dalam modul 3.2 ini terdapat pendekatan berfikir dalam pengelolaan aset, yang terdiri dari 2 jenis, yakni pendekatan berbasis kekurangan/ masalah (deficit based thinking) dan pendekatan berbasis asset (asset based thinking). Pendekatan berbasis kekurangan/ masalah (Deficit-Based Thinking) akan melihat dengan cara pandang negatif. memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah memusatkan pikiran pada kekuatan positif, pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Seorang pemimpin pembelajaran di sekolah, harus bisa menerapkan pemikiran yang berbasis aset atau asset based thinking karena pertimbangan bahwa berfikir berbasis aset :

  1. menjadikan suasana nyaman dan menyenangkan.
  2. bisa membayangkan masa depan.
  3. berfikir tentang kesuksesan.
  4. mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan).
  5. merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan.
  6. akan melaksanakan rencana-rencana aksi yang sudah diprogramkan.

Seorang pemimpin pembelajaran harus mempunyai pola pikir dan sikap positif, sehingga bisa mengelola aset yang ada dan memanfaatkan aset yang ada untuk kepentingan pembelajaran yang berkualitas, dan mewujudkan siswa yang bahagia. Tentunya pendekatan yang dilakukan merupakan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA), yang mana menekankan pada:

  1. Nilai lebih pada potensi (kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan) yang dimiliki oleh komunitas.
  2. Dorongan agar komunitas mampu memberdayakan aset yang dimiliki, serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna.
  3. Kemandirian komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri.
  4. Berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas.

Berdasarkan sumberdaya yang ada dimiliki sekolah dan dua komponen penting dalam ekosistem sekolah, seorang pemimpin pembelajaran harus bisa memetakan tujuh aset / potensi atau modal utama sebuah sekolah serta mengelolalnya dengan baik. Ketujuh kelompok aset tersebut meliputi: (1) Modal Manusia (2) Modal Fisik (3) Modal Sosial (4) Modal Finansial (5) Modal Politik (6) Modal Lingkungan/ Alam (7) Modal Agama dan Budaya.

Guru diharapkan mampu mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya,  merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan, dan melaksanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan.

Sebagai calon guru penggerak, saya bisa memulai dengan menginventarisir hal-hal positif (aset) yang ada dan mengelompokkan ke dalam tujuh modal yang ada. Dengan menemukenali modal yang ada, diharapkan mampu memudahkan membuat perencanaan ke depan.

 

Contoh hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas. 

Sekolah merupakan institusi pendidikan yang bertanggungjawab dalam mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Kepala sekolah berperan menjadi seorang pengelola/manajer yang harus mampu mengatur kehidupan sekolah. Sumber daya manusia (guru dan tenaga kependidikan, GTK) sebagai pelaku dan pelaksana yang ada merupakan ujung tombak keberhasilan visi misi sekolah. Pengelolaan sumber daya dilakukan dengan beberapa aktivitas termasuk persiapan, penataan, pengarahan, dan pengawasan.

Kepala sekolah dalam pembinaan dan pengembangan tenaga yang dimiliki dapat dilakukan dengan peningkatan profesionalisme, pembinaan karir, dan peningkatan kesejahteraan. Langkah tersebut tentu akan berpengaruh terhadap kontribusi tenaga pendidik dan kependidikan atau sumber daya manusia yang dimiliki sekolah dalam pencapaian tujuan sekolah. Dengan mengetahui potensi masing-masing GTK, kepala sekolah mampu melejitkan potensi dan mendudukan GTK dalam tugas yang sesuai.

Modal sosial terkait erat dengan keberadaan sekolah denga lingkungan sosial yang ada. Hubungan yang baik dengan masyarakat akan mampu menumbuhkan budaya kerja yang saling mendukung. Bantuan masyarakat yang ada, dapat digunakan untuk mendukung keberlangsungan pembelajaran di sekolah. Modal ini bisa didapat apabila sekolah mampu menjalin komunikasi dengan masyarakat.

Keberadaan sekolah di perkotaan, perdesaan, pesisir pantai ataupun di tengah perkampungan merupakan modal yang sangat unik dan khas. Sekolah hendaknya mampu melihat lokasi strategis ini sebagai peluang. Aspek lokasi dan geografis yang ada harusnya dilihat sebagai peluang untuk memajukan sekolah.

Setiap sekolah akan memimpikan memiliki gedung yang megah, bersih, lengkap dan nyaman. Akan tetapi pemerintah (bagi sekolah negeri) dan yayasan (bagi sekolah swasta) tidak akan mampu sekaligus memenuhi keinginan ini. Kepala sekolah yang baik akan memandang kekuranglengkapan fasilitas sebagai sebuah peluang, bukan kendala. Sekolah bisa memanfaatkan fasilitas yang ada seoptimal mungkin. Ketiadaan lapangan olahraga di sekolah dapat diantisipasi dengan sesekali menggunakan lapangan terdekat, sambil mengajari anak bersosialisasi dengan warga sekitar. Minimnya peralatan TIK disiasati dengan belajar bersama secara bergantian, sambil melatih empati antar  murid.

Semua upaya yang dilakukan tersebut sebenarnya bermuara pada kepentingan peserta didik, yaitu menghasilkan lulusan yang bermutu, lulusan yang menguasai seluruh kompetensi yang dipersyaratkan dengan kategori baik. Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa kepala sekolah harus melakukan upaya-upaya tertentu dalam mengelola sumber daya manusia yang dimiliki sekolah agar seluruh tenaga, terutama guru dan tenaga administrasi agar mereka memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian tujuan sekolah sesuai dengan visi dan misi sekolah.

 

Hubungan dengan modul 

Berikut hubungan materi antar modul:

1.     Modul 1.1 Refleksi Filosofi Ki Hajar Dewantara : Pemetaan potensi yang bisa disesuaikan untuk menuntun murid sesuai kodratnya. Bagaimana guru dapat memetakan kebutuhan belajar murid dengan menggali aset/kekuatan yang ada.

2.     Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak: Kompetensi atau kemampuan untuk merefleksikan, membuat inovasi dan kreatifitas serta berkolaborasi dalam mendukung kesadaran pemimpin pembelajaran dalam melihat aset/kekuatan yang ada.

3.     Modul 1.3 Visi Guru Penggerak: Konsep BAGJA dan 5D digunakan untuk memulai perencanaan dalam pengelolaan sumber daya.

4.     Modul 1.4 Budaya Positif: Memetakan potensi / aset adalah salah satu cara berpikir positif dalam perencanaan pengembangan sumber daya.

5.     Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi: Dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi, guru bisa memetakan minat dan kreatifitas siswa sebagai aset terbaik sekolah.

6.     Modul 2.2 Keterampilan Sosial dan Emosional: Kompetensi / kemampuan guru dalam keterampilan sosial dan emosional dalam memaksimalkan pembinaan siswa sebagai aset sekolah.

7.     Modul 2.3 Coaching: Teknik, prinsip, dan langkah-langkah coaching bisa dilakukan guru untuk menggali kemampuan dan kemandirian coachee sebagai aset sekolah, dalam menyelesaikan permasalahannya.

8.     Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran : Dengan menerapkan konsep, paradigma dan nilai kebaikan bersama serta penerapan 9 langkah pengambilan keputusan, maka pengelolaan aset dapat berjalan lebih optimal.

 

Ceritakan pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.

Sebelum sampai pada modul ini, saya masih berfikir bahwa untuk mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan, kita membutuhkan dukungan sarana yang lengkap, dana yang memadai untuk membeli semua aset yang dibutuhkan. Kekuranglengkapan sarana yang ada sering membuat saya beralasan untuk berinovasi. Saya sering beralasan karena ketiadaan sarana dan dana. Jika dibuat dalam sebuah daftar (list) sebelum membaca modul ini saya :

1.     Masih berfikir bahwa kekurangan sarana merupakan penghambat kualitas pembelajaran di kelas.

2.     Hanya melihat aset berupa modal finansial dan fisik.

3.     Belum maksimal dalam mengelola sumberdaya yang ada

Sesudah mempelajari modul ini saya mulai tercerahkan, bahwasanya cara berfikir saya masih perlu diluruskan, yaitu saya harus lebih berfokus pada sumber daya yang ada, dengan senantiasa menemukenali dan melihat 7 aset yang ada. Dengan mengingat 7 modal tersebut saya bisa melangkah, apa yang bisa saya kembangkan dari masing-masing modal. 

Perbedaan Sebelum dan Sesudah Mempelajari Modul 3.2 (Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya) saya makin mantap dan lebih optimis untuk menjadi seorang pemimpin dalam mengelola sumber daya yang ada, dimana kerangka berfikir positif senantiasa diutamakan. Dengan adanya kerangka berfikir positif, maka akan mudah melakukan asset based thinking. Dengan berfikir berbasis aset, akan mudah untuk mengelola sumberdaya yang ada.

Selasa, 09 Mei 2023

Jurnal Refleksi dwimingguan 10

Jurnal refleksi dwimingguan 10 modul 3.2

Peristiwa

Tidak terasa pembelajaran Pendidikan Guru Penggerak telah memasuki dwiminggu ke-10.

Kegiatan ini dimulai pada tanggal 2 Mei 2023. Fasilitator mengingatkan CGP untuk segera memulai membaca mulai dair diri hingga berdiskusi asinkron mengenai Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya.

Setelah membaca Eksplorasi Konsep dan diskusi, selanjutnya dilaksanakan Ruang Kolaborasi. Kegiatan ini dilakukan dalam dua hari. Hari pertama Kamis 4 Mei 2023, dilakukan pembagian kemlompok diskusi yang masing masing membahas mengenai sumberdaya yang ada di sekolahnya. Pada kesempatan ini, saya sekelompok denga pak Milan Saabekti dari SD Kedungupit 4, dan bu Anis serta ibu Endang dari SMA N 1 Sragen.

Pada hari Jumat, 5 Mei 2023, dilakukan presentasi hasil diskusi. Diskusi ini sangat menarik, mengingat presesntasi dilakukan oleh 4 kelompok dan ditanggapi oleh semua peserta.

 

Perasaan

Sejak awal masuk eksplorasi konsep, saya merasa tertarik dengan materi pengelolaan sumber daya. Hal ini bagi saya merupakan pengalaman baru dimana dalam memandang potensi sumber daya yang adda di sekolahan, tidak hanya berfokus pada aspek fisik, bangunan, dan prasarana.

Saya tertantang untuk bisa melihat potensi yang ada dan bukan pada kekurangan sekolah saya. Saya benar-benar menikmati menjadi seorang pemeran yang ada dalam kasus tersebut. Saya sangat bersyukur dengan adanya materi ini, karena bisa belajar melihat potensi yang adda dibanding dengan kekurangan.

 

Pembelajaran

Dari materi dan pengalaman pembelajaran yang telah saya alami, saya banyak belajar mengenai pentingnya memahami potensi sumber daya sekolah. Alih alih melihat kekurangan dan penuh pesimis.

Saya belajar mengenai pentingnya mengembangkan semua potensi yang ada di sekolah, sinergi dengan lingkungan, orang tua dan masyarakat.

Saya juga belajar mengenai 7 (tujuh) aset sumber daya sekolah, seperti modal manusia, fisik, sosial, ligkungan, budaya dan agama, politik, dan modal finansial. Ketujuh aspek ini harus kita gali. Sekecil apapun pasti ada semua. Sekecil aspek ini harus senantiasa kita berdayakan.

Dengan memahami aspek sumber daya, diharapkan kita mampu menggerakkan sekolah menjadi lebih maju dan berpihak pada murid.

Penerapan

Setelah saya mempelajari, berdiskusi, dan mencoba melakukan kajian sumber daya, saya semakin yakin untuk bisa memajukan sekolah berdasarkan aset yang ada. Kekurangan bukanlah halangan untuk maju. Daripada melihat kekurangan, lebih baik melihat potensi yang ada. Saya akan lebih melihat kelebihan dibandingkan kekurangan.

Indonesi maju berawal dari optimisme guru melihat kelebihan yang ada, bukan pesimis memandang kekurangan yang belum terpenuhi.

 

Mencari hasil penelitian menggunakan publish or perish

Sebagai guru, kita tentunya harus senantiasa mengembangkan pengetahuan dan membaca artikel yang ada pada jurnal secara rutin. Hal ini diguna...