Ayo anak-anak, ajar nembang.
Tembang dolanan minangka sarana suka-suka lan
sinau budaya luhur.
SLUKU-SLUKU BATOK
Sluku-sluku bathok
Bathoke ela-elo
sluku
bathok
Bathoke ela-elo
Si Rama menyang Solo
Oleh-olehe payung motha
Mak jenthit lolo lobah
Wong mati ora obah
Nek obah medeni bocah
Nek urip
goleka dhuwit.
Lirik tembang dolanan yang
berjudul ‘Sluku-sluku Bathok’ tersebut apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai berikut.
‘Ayun-ayun kepala’
‘Kepalanya geleng geleng’
‘Si bapak pergi ke Solo’
‘Oleh-olehnya payung mutha’
‘Secara tiba-tiba begerak
‘Orang mati tidak bergerak’
‘Kalau bergerak menakuti orang’
‘Kalau hidup carilah uang’
Makna yang
tersirat dalam tembang dolanan “Sluku-sluku bathok” yaitu nilai religius.
Dalam syair tersebut bermakna manusia hendaklah membersihkan batinnya dan
senantiasa berzikir mengingat Allah dengan (ela-elo) menggelengkan kapala
mengucapkan lafal laa illa ha illallah disaat susah maupun senang, di kala
menerima musibah maupun kenikmatan, hidup mati manusia ditangan Allah, maka
dari itu selagi masih hidup berbuat baiklah terhadap sesama, dan beribadah
kepada Allah SWT karena Allah Maha segala-galanya, apabila sekali berkehendak
mencabut nyawa seseorang, tak seorang pun mampu menolakkan.
Ilir-Ilir
Lir-ilir, lir-ilir
Tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo
Tak sengguh temanten anyar
Cah angon, cah angon
Penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu penekno
Kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro, dodoiro
Kumitir bedah ing pinggir
Dondomono, jlumatono
Kanggo sebo mengko sore
Mumpung padhang rembulane
Mumpung jembar kalangane
Yo sorako, sorak iyo!!
Syair tembang dolanan Ilir-ilir
tersebut apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
sebagai berikut.
‘Bangunlah,
bangunlah!’
‘Tanaman sudah bersemi’
‘Demikian menghijau’
‘Bagaikan pengantin baru’
‘Anak gembala, anak gembala’
‘Panjatlah (pohon) belimbing
itu’!
‘Biar licin dan susah tetaplah
kau panjat’
‘untuk
membasuh pakaianmu’
‘Pakaianmu, pakaianmu’
‘terkoyak-koyak
dibagian samping’
‘Jahitlah, Benahilah!’
‘untuk
menghadap nanti sore’
‘Mumpung bulan bersinar terang’
‘Mumpung banyak waktu luang’
‘Bersoraklah
dengan sorakan Iya!!’
Dalam syair
tembang dolanan yang berjudul Ilir-ilir mengandung makna religius (keagamaan).
Sedangkan maksud yang terkandung dalam tembang tersebut
adalah kita sebagai umat manusia diminta bangun dari keterpurukan untuk lebih
mempertebal iman dan berjuang untuk mendapatkan kebahagiaan seperti bahagianya
pengantin baru. Meminta Si anak gembala untuk memetikkan buah blimbing
yang diibaratkan perintah salat lima waktu. Yang ditempuh dengan sekuat tenaga kita tetap berusaha menjalankan
Rukun Islam apapun halangan dan resikonya. Meskipun ibarat pakaian kita
terkoyak lubang sana sini, namun kita sebagai umat
diharapkan untuk memperbaiki dan mempertebal iman dan taqwa agar kita siap
memenuhi panggilan Ilahi robbi.
c.
Padhang Bulan
Yo prakanca dolanan ing njaba
Padhang mbulan padhangé kaya
rina
Rembulané kang ngawé-awé
Ngélikaké aja turu soré-soré
Syair dari tembang dolanan padang bulan apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
menjadi:
‘Ayo teman-teman bermain diluar’
‘Cahaya bulan yang terang
benderang’
‘Rembulan yang seakan-akan
melambaikan tangan’
‘Mengingatkan kepada kita untuk
tidak tidur sore-sore’
Dalam tembang dolanan padang bulan mengandung makna religius (kagamaan). Maksud dari tembang dolanan tersebut adalah kita hendaknya
bersyukur kepada yang Maha Kuasa untuk menikmati keindahan alam. Untuk menunjukkan rasa syukur itu kita diharapkan tidak tidur
terlalu sore karena kita bisa melaksanakan ibadah di waktu malam.
3.2 Tembang dolanan
berbahasa Jawa mengandung nilai budi pekerti. Hal itu dapat
dilihat dalam data dibawah ini.
a. Jaranan
Jaranan- jaranan, jarane jaran
teji
Sing numpak ndoro bei
sing
ngiring para mentri
Jeg-jeg nong, jreg-jreg gung
Jeg-jeg gedebuk krincing
Gedebug jedher
Gedebug krincing
Jeg-jeg gedebuk jedher
Syair tembang dolanan yang
berjudul ‘Jaranan’ ersebut apabila diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia adalah:
berkuda,
berkuda, kudanya teji (tinggi besar)
yang
naik Tuan Bei yang mengiring para menteri
Jeg-jeg nong, jeg-jeg gung
Jeg-jeg gedebuk krincing
Gedebuk jedher
Gedebuk krincing
Gedebuk jedher
Jeg-jeg gedebuk jedher’
Tembang
dolanan jaranan sebenarnya hanya terdiri atas empat larik, untuk larik
berikutnya hanya diulang-ulang. Kalau dilihat dari syairnya terdapat
beberapa makna budi pekerti yang tersirat dalam tembang tersebut, antara lain:
(1)
Kebersamaan
Dalam syair sing numpak ndara
Bei sing ngiring para menteri, di sana terdapat rasa
kebersamaan antara atasan dan bawahan. Kebersamaan untuk
saling membutuhkan, saling membantu, orang yang mempunyai kedudukan lebih
tinggi membutuhkan orang yang berkedudukan lebih rendah, demikian pula
sebaliknya. Kedudukan yang tinggi tersebut diibaratkan
ndara Bei yang membutuhkan pengawalan dari para menterinya yang dianggap
mempunyai kedudukan lebih rendah.
(2)
Menghormati yang lebih tinggi kedudukannya
Budaya Jawa
telah mengajarkan bahwa seseorang yang mempunyai kedudukan yang lebih rendah
harus menghormati orang yang berkedudukan lebih tinggi. Hal itu tampak
pada syair sing numpak ndara Bei sing ngiring para menteri. Dalam
syair tersebut ndara Bei dianggap mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari
para menterinya, karena sebutan ndara Bei hanya digunakan untuk menyebutkan
seseorang yang mempunyai kedudukan yang tinggi dan keturunan ningrat. Apalagi ditunjang dengan tunggangannya kuda yang tinggi besar yang
harus diiringi oleh para menterinya. Oleh karena itu,
tugas para menteri adalah mengawal ndara Bei tersebut. Dalam hal ini, jelaslah bahwa budi pekerti yang harus ditanamkan
adalah sikap menghormati yang lebih tua atau yang lebih tinggi kedudukannya.
3.3 Tembang dolanan
berbahasa Jawa yang mengandung makna seperti yang terdapat pada uraian data
dibawah ini.
a. MENTHOK-MENTHOK
Menthok-menthok tak kandhani
Mung solahmu angisin-isini
Bokya aja ndheprok
Ana kandhang wae
Enak-enak ngorok
Ora nyambut gawe
Methok-menthok
Mung lakumu megal-megol gawe
guyu
Lirik tembang dolanan diatas
apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
sebagai berikut.
‘Menthok-menthok saya nasehati’
‘Hanya perilakumu yang
memalukan’
‘Jangan hanya diam dan duduk’
‘Di kandang saja’
‘Enak-enak mendengkur’
‘Tidak bekerja’
‘Menthok-menthok’
‘Hanya jalanmu meggoyangkan
pantat membuat orang tertawa’
Dalam lirik
tembang dolanan ‘Menthok-menthok’ mengandung makna instropeksi diri. Sebagai umat manusia tidak boleh menyombongkan diri, karena
sesungguhnya semua yang ada di dunia ini diciptakan Allah dengan segala
kekurangan dan kelebihannya. Sebaiknya kita berusaha dan bekerja keras
untuk memenuhi kebutuhan hidup, tidak malas, tidak suka tidur (karena orang
suka tidur badannya akan lemas, otot kaku, mudah terkena penyakit, rezekinya
tidak lancar dsb) , dan selalu berbuat baik terhadap
sesama. Dalam syair tembang dolanan tersebut yang diibaratkan menthok, meskipun
dia itu pemalas, bersifat jahat, dan suka tidur, tetapi dia masih mempunyai
sifat baik dan berguna baik orang lain yaitu menghibur dan membuat orang lain
tertawa.
b.
GUNDUL-GUNDUL PACUL
Gundul-gundul pacul..cul, gemelelengan
Nyunggi-nyunggi wakul...kul,
gemelelengan
Wakul ngglimpang, segane dadi
sakratan
Wakul ngglimpang, segane dadi
sakratan
Syair tembang dolanan
Gundul-gundul Pacul apabila diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia sebagai berikut.
‘Kepala botak tanpa rambut
ibarat cangkul , besar kepala (sombong, angkuh)’
‘Membawa bakul, dengan gayanya
yang besar kepala (sombong, angkuh)’
‘Bakulnya jatuh, nasinya tumpah
berantakan di jalan tidak bermanfaat lagi’
Dari syair
tembang dolanan Gundul-gundul Pacul menggambarkan seorang anak yang gundul,
nakal, bandel, angkuh, dan tidak bertanggung jawab. Dia
tidak dapat membedakan hal-hal yang baik dan buruk. Dia beranggapan
bahwa dirinya orang yang paling benar, paling bisa, dan paling pintar, sehingga
dia bersikap gembelelengan, sombong, dan tak tahu diri. Apabila
dipercaya untuk memegang amanah yang menyangkut kehidupan orang banyak, dia
tetap bersikap tidak peduli. Akibat dari kesombongan
dan keangkuhannya itu maka kesejahteraan dan keadilan yang semestinya berhasil
akhirnya menjadi hancur berantakan. Dari syair tembang tersebut
mengandung makna tidak boleh sombong, dalam hal ini terlihat bahwa orang yang
sombong, angkuh, dan ceroboh akan membawa kehancuran dan kegagalan, maka dari
itu jika engkau menjadi seorang pemimpin yang diberi amanah dan tanggung jawab
hendaknya peganglah dan jalankan amanah itu sebaik-baiknya agar membawa
kesejahteraan dan keadilan sesuai harapan rakyat yang dipimpinnya.
c.
DHONDHONG APA SALAK
Dhondhong apa
salak
Dhuku cilik-cilik
Andhong apa
mbecak
Mlaku dimik-dimik
Syair tembang ‘Dhondhong apa
Salak’ apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
adalah
‘Dhondhong apa salak’
‘Dhuku kecil-kecil’
‘Naik delman apa naik becak’
‘Jalan pelan-pelan’
Dalam syair tembang dolanan ini kita dihadapkan pada dua pilihan.
Ibarat buah kedondong yang bagian luarnya halus tetapi bagian
dalamnya kasar dan tajam, dan sebaliknya buah salak yang bagian luarnya kasar
ternyata bagian dalamnya halus. Di sini kita
dihadapkan pada dua karakter, Lebih baik kita berbuat yang baik secara lahir
maupun batin seperti buah duku, daripada kita berbuat yang dari luar kelihatan
bagus tetapi di dalamnya kasar dan tajam seperti buah kedondon. Demikian sebaliknya, lebih baik kita berbuat terlihat kasar dari
luar tetapi dalamnya halus seperti buah salak. Berbuatlah sesuatu yang
baik dan tidak menyakitkan, baik itu secara lahir maupun batin. Sedangkan syair
andhong apa mbecak, mlaku dimik-dimik mempunyai maksud memilih salah satu makna
yang dimaksud dalam syair tersebut . Andong adalah sebuah kendaraan angkutan yang menggunakan tenaga
hewan sebagai penariknya, sedangkan becak adalah kendaraan angkut yang
memanfaatkan tenaga manusia sebagai pendorongnya. Dalam syair ini
terdapat nilai budi pekerti kemandirian, kita tidak boleh menyusahkan orang
lain atau makhluk lain, kita harus hidup mandiri, berjalan di atas kaki sendiri
meskipun pelan-pelan dan tertatih-tatih.
4. Penutup
Dari analisis
data yang diperoleh, tembang dolanan berbahasa Jawa mempunyai makna/nilai budi
pekerti yang patut yang harus diajarkan pada generasi muda khususnya anak-anak.
Beberapa nilai budi pekerti tersebut antara lain nilai
religius, kebersamaan, kemandirian, tidak boleh sombong, dan instropeksi diri.
Tembang dolanan berbahasa Jawa yang mengandung nilai budi
pekerti religius atau keagamaan terdapat pada tembang sluku-sluku bathok,
ilir-ilir, dan padhang mbulan. Tembang dolanan
berbahasa Jawa jaranan mengandung nilai budi pekerti kebersamaan dan
menghormati kepada yang lebih tua dan lebih tinggi kedudukannya.
Tembang
dolanan berbahasa Jawa yang mengandung berbagai macam makna atau nilai budi
pekerti antara lain: menthok-menthok mengandung makna budi pekerti kita tidak
boleh sombong dan selalu berbuat baik terhadap sesama, gundul-gundul pacul
mengandung makna kesombongan akan membawa petaka, dan
dhondong apa salak mengandung nilai kemandirian bahwa manusia hidup harus hidup
mandiri tidak boleh menyusahkan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
♦ Djaka Lodang, 5 Agustus 1989, GBHN 1993. Surakarta PT Pabelan.
♦ Suwarna & Suwardi. 1996. Integrasi Pendidikan
Budi Pekerti dalam
buku Teks ‘Tataran Wulang Basa Jawa kanggo SD. Laporan
Penelitian.Yogyakarta: Lemlit,IKIP
buku Teks ‘Tataran Wulang Basa Jawa kanggo SD. Laporan
Penelitian.Yogyakarta: Lemlit,IKIP
♦ Read
more: http://setyawara.webnode.com/news/tembang-dolanan/diunduh
pada tanggal 21 Oktober 2011
pada tanggal 21 Oktober 2011
♦ Dr.
Suharko Kasaran, (Ketua Komisi Nasional Budi Pekerti)
(wawancara Buletin Siang RCTI,11 Mei 1999).
♦ Widyatmanta, Siman. (2002), Berbahasa Jawa : Untuk Pelayanan
Gerejawi dan Masyarakat, Yogyakarta, Taman Pustaka Kristen
(wawancara Buletin Siang RCTI,11 Mei 1999).
♦ Widyatmanta, Siman. (2002), Berbahasa Jawa : Untuk Pelayanan
Gerejawi dan Masyarakat, Yogyakarta, Taman Pustaka Kristen
0 komentar:
Posting Komentar