Selasa, 26 Juli 2011

POST IT


Di stasioneri, tempat pertama kali saya tahu tentang benda ini, dengan berbagai variasi warna dan ukuran. Tempat selanjutnya yang membuat saya mengerti benda ini adalah pintu kamar kost. Biasanya di setiap pintu kost terdapat dua 'gadget', yaitu kertas catatan dan status keberadaan si empunya kamar. Hal ini sangat dimaklumi, mengingat pada jaman saya awal kuliah, belum jamannya telepon seluler. oke, stop nostalgia nya, kembali ke post it. Mari kita ingat kembali sejarah kertas ber-perekat ini.


Arthur Fry sering kehilangan catatan kerja. Pekerjaannya amat tidak teratur sehingga catatan yang di tulisnya sendiri tidak dapat diingat. Pada suatu hari dia mendapati bahwa perusahaan tempat kerjanya – 3M – telah menciptakan sejenis lem tetapi sayangnya tidak dapat melekat dengan baik. Dengan kata lain, lem gagal berfungsi. Lem tersebut hanya dapat menempel pada sehelai kertas saja dan mudah tanggal. Rupanya itulah yang di perlukan Fry supaya catatan lebih tersusun rapi. Dia kemudian mendapat sebuah ide dan mengemukakannya kepada pihak manajemen. Produk ini dinamai Post-it. Untuk idenya itu, ia menerima royalti satu persen dari setiap penjualan Post-it sepanjang hayat. Setiap tahun, hasil penjualan yang di edarkan oleh 3M adalah lebih dari US$100 juta. Oleh karena itu, Arthur Fry menerima US$1 juta setiap tahun.

Kawan, ide besar bisa muncul kapan saja, tangkap angan-angan, wujudkan!
Tak semua "lem yang gagal tempel" benar-benar sampah, bisa jadi sebuah barang berguna untuk keperluan yang lain.

0 komentar:

Posting Komentar

Mencari hasil penelitian menggunakan publish or perish

Sebagai guru, kita tentunya harus senantiasa mengembangkan pengetahuan dan membaca artikel yang ada pada jurnal secara rutin. Hal ini diguna...