Sabtu, 20 November 2010

2010

2010 hampir berakhir.
apa yang telah kita capai di tahun ini???

pengalaman dari wonosobo

Pada hari Selasa 16 Nopember 2010, saya mendapat tugas mendampingi murid mengikuti OLIMPIADE NASIONAL JARINGAN SEKOLAH MUHAMMADIYAH 2010 di Wonosobo.
PElajaran apa yang saya peroleh dari sana???
1. Mendampingi anak lomba/kejuaraan/apapun namanya, tak sekedar mengantarkan, namun juga memberi dukungan dan support. Bagaimanapun juga, kondisi psikologis dan mental anak perlu "dikendalikan", tak sekedar kepandaian yang ia bawa untuk maju lomba.
2. Masalah perut merupakan masalah yang rawan, jadi jangan sepelekan itu. Lapar saya dan lapar anda berbeda. Selera saya dan anda tentu tidak sama.
3. Menyalahkan tanpa solus, tak ubahnya lempar batu sembunyi tangan.
4. Seberapapun tingginya gunung PESIMISME akan kemenangan, sisakan sedikit OPTIMISME di puncaknya.
5. pasang target prestasi, di tahun depan.
6. Pelajari dan cermati model lomba, karena model dan teknis untuk masing2 penyelenggaraan itu berbeda.

Jumat, 12 November 2010

DI BALIK SANGAT AKTIFNYA MERAPI

(Terbit di Jawa Pos Group Edisi Sabtu, 6 Nov. 2010)

Oleh: Daryono, S.Si.,M.Si.

Mahasiswa Program Doktor Ilmu Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Peneliti di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Email: darbmg@yahoo.com

LETUSAN Gunung Merapi di Jogjakarta dan Jawa Tengah belum menunjukkan tanda-tanda berhenti. Aktiftas Merapi yang terkenal sangat aktif itu, tampaknya, bukanlah suatu kebetulan. Ada beberapa faktor yang membuat Merapi sangat aktif. Diantarnya, kondisi aktivitas seismik (kegempaan) dan tektonik regional.

Aktivitas Seismik

Jika aktivitas vulkanisme merupakan bagian dari rangkaian kegiatan tektonik, maka kita dapat mengatakan bahwa tingginya aktivitas Merapi tidak lepas dari pengaruh tingginya aktivitas seismik di Yogyakarta dan sekitarnya. Keberadaan dapur magma Merapi yang berdekatan dengan zona seismik aktif, menyebabkan fluida di dapur magma menjadi labil karena terus menerus mendapat pukulan dan tekanan dari getaran gempabumi yang kerap terjadi.

Magma yang terus menerus mendapat tekanan ini menyebabkan dapur magma penuh dan bergerak naik. Magma baru yang naik ke permukaan ini akan memicu lebih banyak lagi magma yang naik ke atas sehingga Merapi menjadi kian aktif. Inilah salah satu faktor yang menyebabkan Gunung Merapi menjadi salah satu gunungapi paling aktif karena segmen busur Jawa di bawah Merapi lebih aktif dibanding segmen lainnya.

Jika kegiatan gunungapi merupakan rangkaian kegiatan tektonik, maka tingginya aktivitas Merapi tidak lepas dari tingginya tingkat aktivitas kegempaan tektonik di zona ini. Tiga bulan menjelang terjadinya letusan dahsyat Merapi, Daerah Yogyakarta telah mengalami peningkatan kegiatan seismik yang yang luar biasa pesat. Tingginya tingkat aktivitas gempabumi tektonik di sekitar Merapi tercermin dari frekuensi gempabumi kuat yang seringkali mengguncang Daerah Yogyakarta dan sekitarnya.

Dalam rentang waktu hanya 3 bulan saja sejak Bulan Agustus 2010 Daerah Yogyakarta telah diguncang 6 kali peristiwa gempabumi tektonik. Gempabumi yang mengguncang Daerah Yogyakarta dan sekitarnya pada akhir-akhir ini adalah gempabumi tanggal 21 Agustus 2010 (magnitudo 5.0 Skala Richter), 3 September 2010 (magnitudo 5.0 Skala Richter), 11Oktober 2010 (magnitudo 3.9 Skala Richter), 28 Oktober 2010 (magnitudo 4.0 Skala Richter), dan 28 Oktober 2010 (magnitudo 3.2 Skala Richter).

Seluruh peristiwa gempabumi ini memiliki episetrum di selatan Gunung Merapi tepatnya di sebelah timur Sesar Opak. Selain gempabumi yang bersumber di selatan Merapi, juga terdapat peristiwa gempabumi di utara Merapi, yaitu Gempabumi Magelang tanggal 2 September (magnitudo 3.1 Skala Richter). Gempabumi ini dirasakan hingga Salatiga, Ambarawa, Banyubiru dan Ungaran.

Fakta mengenai adanya kaitan antara aktivitas gunungapi dengan aktivitas gempabumi tektonik telah dilaporkan terjadi di berbagai kawasan seismik aktif. Gempabumi Liwa 1932 dan 1994 dilaporkan telah meningkatkan kegiatan vulkanik di Suoh, Lampung Barat, sementara Gempabumi Nias 2005 juga telah memicu aktifnya Gunung Talang.

Di luar negeri juga dilaporkan beberapa kasus serupa. Seperti halnya Gempabumi Chili 1960 yang dilaporkan telah meningkatkan aktivitas Gunung Andes, sementara itu Gempabumi Landers 1992 juga dilaporkan memicu kegiatan vulkanisme di beberapa tempat di California. Di Filipina Gunung Pinatubo yang sudah tidak aktif selama hampir 500 tahun, meletus dahsyat setelah dipicu Gempabumi Luzon 1990.

Selain tingginya frekuensi aktivitas seismik, secara tektonik regional tingginya aktivitas Merapi juga disebabkan oleh karena lokasinya yang berdekatan dengan zona sesar. Jika kita perhatikan peta tektonik, ternyata jalur tunjaman lempeng Indo-Australia menyusup ke bawah Yogyakarta, sehingga sebaran episentrum gempabumi banyak terdapat di daerah ini.

Di zona ini dalam kerangka tektonik, selain terdapat jalur tunjaman lempeng juga terdapat sebaran sesar seperti Sesar Opak, Sesar Progo, Sesar Dengkeng, Sesar Oya dan masih banyak lagi sistem sesar yang belum dikenali. Di “kompleks Sesar Opak” inilah pada akhir-akhir ini terjadi peningkatan kegiatan seismik yang terus menerus berupa gempabumi yang mengguncang Daerah Yogyakarta dan sekitarnya.

Tingginya aktivitas Merapi tampaknya juga dipengaruhi lokasinya yang terletak pada perpotongan dua sistem sesar lokal. Kedua sesar yang saling berpotongan menurut Bemmelen (1970) ini adalah sistem sesar yang membujur dalam arah utara-selatan (transverse fault) yang membentuk kompleks jalur Gunung Merapi, Gunung Merbabu, dan Gunung Ungaran, dengan sistem sesar berarah barat-timur yang sebut sebagai ”Sesar Simo”. Karena lokasi Merapi yang terletak di zona perpotongan sesar inilah diduga jalan keluar bagi magma menjadi lebih mudah.

Letusan Katastrofis

Mengingat sangat aktifnya Merapi, banyak masyarakat bertanya-tanya apakah mungkin Merapi akan mengalami letusan katastrofis hingga memecah badan gunung? Sejarah mengatakan bahwa gunung-gunung yang bisa mengalami erupsi katastropis adalah justru gunung-gunung yang sifatnya dorman atau lama tidak aktif, sehingga energi yang terakumulasi menjadi sangat besar. Jika menilik sejarah Merapi yang akhir-akhir ini rutin mengalami erupsi tampaknya masih banyak syarat yang harus dipenuhi untuk menuju erupsi yang sifatnya katastropis.

Terkait adanya laporan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta bahwa kandungan silika material letusan Merapi yang telah mencapai 57% mencerminkan bahwa saat ini magma Merapi cenderung lebih asam. Kadar silika ini juga berhubungan dengan tingkat kekentalan lava.

Jika sangat kental dan kemudian membeku dapat menyumbat diatrema sehingga terjadi letusan yang membahayakan. Patut disyukuri bahwa dalam beberapa letusan Merapi kali ini sudah terlihat adanya leleran lava, sehinga sangat kecil peluang akan terjadinya letusan katastrofis. Parameter letusan dari letusan eksplosif hingga katastropi sangatlah banyak, bukan hanya dilihat dari tingkat keasaman magma. Awan panas (pyroclastic cloud) atau wedhus gembel sendiri merupakan bentuk pelepasan energi magma, sehingga fase eksplosif yang mampu menghancurkan tubuh Merapi memiliki peluang sangat kecil.*

DI BALIK SANGAT AKTIFNYA MERAPI

(Terbit di Jawa Pos Group Edisi Sabtu, 6 Nov. 2010)

Oleh: Daryono, S.Si.,M.Si.

Mahasiswa Program Doktor Ilmu Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Peneliti di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Email: darbmg@yahoo.com

LETUSAN Gunung Merapi di Jogjakarta dan Jawa Tengah belum menunjukkan tanda-tanda berhenti. Aktiftas Merapi yang terkenal sangat aktif itu, tampaknya, bukanlah suatu kebetulan. Ada beberapa faktor yang membuat Merapi sangat aktif. Diantarnya, kondisi aktivitas seismik (kegempaan) dan tektonik regional.

Aktivitas Seismik

Jika aktivitas vulkanisme merupakan bagian dari rangkaian kegiatan tektonik, maka kita dapat mengatakan bahwa tingginya aktivitas Merapi tidak lepas dari pengaruh tingginya aktivitas seismik di Yogyakarta dan sekitarnya. Keberadaan dapur magma Merapi yang berdekatan dengan zona seismik aktif, menyebabkan fluida di dapur magma menjadi labil karena terus menerus mendapat pukulan dan tekanan dari getaran gempabumi yang kerap terjadi.

Magma yang terus menerus mendapat tekanan ini menyebabkan dapur magma penuh dan bergerak naik. Magma baru yang naik ke permukaan ini akan memicu lebih banyak lagi magma yang naik ke atas sehingga Merapi menjadi kian aktif. Inilah salah satu faktor yang menyebabkan Gunung Merapi menjadi salah satu gunungapi paling aktif karena segmen busur Jawa di bawah Merapi lebih aktif dibanding segmen lainnya.

Jika kegiatan gunungapi merupakan rangkaian kegiatan tektonik, maka tingginya aktivitas Merapi tidak lepas dari tingginya tingkat aktivitas kegempaan tektonik di zona ini. Tiga bulan menjelang terjadinya letusan dahsyat Merapi, Daerah Yogyakarta telah mengalami peningkatan kegiatan seismik yang yang luar biasa pesat. Tingginya tingkat aktivitas gempabumi tektonik di sekitar Merapi tercermin dari frekuensi gempabumi kuat yang seringkali mengguncang Daerah Yogyakarta dan sekitarnya.

Dalam rentang waktu hanya 3 bulan saja sejak Bulan Agustus 2010 Daerah Yogyakarta telah diguncang 6 kali peristiwa gempabumi tektonik. Gempabumi yang mengguncang Daerah Yogyakarta dan sekitarnya pada akhir-akhir ini adalah gempabumi tanggal 21 Agustus 2010 (magnitudo 5.0 Skala Richter), 3 September 2010 (magnitudo 5.0 Skala Richter), 11Oktober 2010 (magnitudo 3.9 Skala Richter), 28 Oktober 2010 (magnitudo 4.0 Skala Richter), dan 28 Oktober 2010 (magnitudo 3.2 Skala Richter).

Seluruh peristiwa gempabumi ini memiliki episetrum di selatan Gunung Merapi tepatnya di sebelah timur Sesar Opak. Selain gempabumi yang bersumber di selatan Merapi, juga terdapat peristiwa gempabumi di utara Merapi, yaitu Gempabumi Magelang tanggal 2 September (magnitudo 3.1 Skala Richter). Gempabumi ini dirasakan hingga Salatiga, Ambarawa, Banyubiru dan Ungaran.

Fakta mengenai adanya kaitan antara aktivitas gunungapi dengan aktivitas gempabumi tektonik telah dilaporkan terjadi di berbagai kawasan seismik aktif. Gempabumi Liwa 1932 dan 1994 dilaporkan telah meningkatkan kegiatan vulkanik di Suoh, Lampung Barat, sementara Gempabumi Nias 2005 juga telah memicu aktifnya Gunung Talang.

Di luar negeri juga dilaporkan beberapa kasus serupa. Seperti halnya Gempabumi Chili 1960 yang dilaporkan telah meningkatkan aktivitas Gunung Andes, sementara itu Gempabumi Landers 1992 juga dilaporkan memicu kegiatan vulkanisme di beberapa tempat di California. Di Filipina Gunung Pinatubo yang sudah tidak aktif selama hampir 500 tahun, meletus dahsyat setelah dipicu Gempabumi Luzon 1990.

Selain tingginya frekuensi aktivitas seismik, secara tektonik regional tingginya aktivitas Merapi juga disebabkan oleh karena lokasinya yang berdekatan dengan zona sesar. Jika kita perhatikan peta tektonik, ternyata jalur tunjaman lempeng Indo-Australia menyusup ke bawah Yogyakarta, sehingga sebaran episentrum gempabumi banyak terdapat di daerah ini.

Di zona ini dalam kerangka tektonik, selain terdapat jalur tunjaman lempeng juga terdapat sebaran sesar seperti Sesar Opak, Sesar Progo, Sesar Dengkeng, Sesar Oya dan masih banyak lagi sistem sesar yang belum dikenali. Di “kompleks Sesar Opak” inilah pada akhir-akhir ini terjadi peningkatan kegiatan seismik yang terus menerus berupa gempabumi yang mengguncang Daerah Yogyakarta dan sekitarnya.

Tingginya aktivitas Merapi tampaknya juga dipengaruhi lokasinya yang terletak pada perpotongan dua sistem sesar lokal. Kedua sesar yang saling berpotongan menurut Bemmelen (1970) ini adalah sistem sesar yang membujur dalam arah utara-selatan (transverse fault) yang membentuk kompleks jalur Gunung Merapi, Gunung Merbabu, dan Gunung Ungaran, dengan sistem sesar berarah barat-timur yang sebut sebagai ”Sesar Simo”. Karena lokasi Merapi yang terletak di zona perpotongan sesar inilah diduga jalan keluar bagi magma menjadi lebih mudah.

Letusan Katastrofis

Mengingat sangat aktifnya Merapi, banyak masyarakat bertanya-tanya apakah mungkin Merapi akan mengalami letusan katastrofis hingga memecah badan gunung? Sejarah mengatakan bahwa gunung-gunung yang bisa mengalami erupsi katastropis adalah justru gunung-gunung yang sifatnya dorman atau lama tidak aktif, sehingga energi yang terakumulasi menjadi sangat besar. Jika menilik sejarah Merapi yang akhir-akhir ini rutin mengalami erupsi tampaknya masih banyak syarat yang harus dipenuhi untuk menuju erupsi yang sifatnya katastropis.

Terkait adanya laporan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta bahwa kandungan silika material letusan Merapi yang telah mencapai 57% mencerminkan bahwa saat ini magma Merapi cenderung lebih asam. Kadar silika ini juga berhubungan dengan tingkat kekentalan lava.

Jika sangat kental dan kemudian membeku dapat menyumbat diatrema sehingga terjadi letusan yang membahayakan. Patut disyukuri bahwa dalam beberapa letusan Merapi kali ini sudah terlihat adanya leleran lava, sehinga sangat kecil peluang akan terjadinya letusan katastrofis. Parameter letusan dari letusan eksplosif hingga katastropi sangatlah banyak, bukan hanya dilihat dari tingkat keasaman magma. Awan panas (pyroclastic cloud) atau wedhus gembel sendiri merupakan bentuk pelepasan energi magma, sehingga fase eksplosif yang mampu menghancurkan tubuh Merapi memiliki peluang sangat kecil.*

Mencari hasil penelitian menggunakan publish or perish

Sebagai guru, kita tentunya harus senantiasa mengembangkan pengetahuan dan membaca artikel yang ada pada jurnal secara rutin. Hal ini diguna...