Jurnal dwimingguan 7
Modul coaching untuk
supervisi akademik
Peristiwa
Tidak terasa pendidikan
guru penggerak telah sampai di pertengahan. Pada modul 2.3, kami belajar
mengenai Coaching untuk supervisi akademik. Mulai dari diri dimulai pada
tanggal 6 Maret 2023, atas arahan dari BBGP dan fasilitator. Selanjutnya kami
mempelajari materi perbedaan coaching dengan mentoring-training-fasilitasi-konseling,
membuat pertanyaan dengan alur TIRTA. Semua materi dasar ini kami pelajari di
eksplorasi konsep dan diskusi tatap maya.
Pada forum Eksplorasi konsep
kami mendapat kesempatan untuk saling bertanya secara berpasangan antar CGP.
Masing-masing bertindak sebagai coach dan coachee secara bergantian dan
direkam. Setelah itu masing-masing juga harus memberikan refleksi atas coaching
yang berlangsung. Jumat 17 Maret 2023), menginjak materi elaborasi pemahaman,
dimana saya berlatih dengan pak Triyanto menerapkan Coaching menggunakan alur
TIRTA. Pada hari Sabtu 18 Maret 2023 dilaksanakan coaching dan direkam kemudian
diunggah di LMS.
Berikutnya dalam
Demonstrasi Kontekstual, kami diberi tugas untuk melaksanakan praktik coaching
berpasangan 4. Saya dengan pak Milan, bu Anis, serta ibu Endang. Kami melakukan
rekaman di SMA N 1 Sragen.
Perasaan
Belajar modul ini saya serasa sangat senang dan puas. Sebelumnya saya
kurang memahami perbedaan coaching dengan metode lainnya (mentoring, training).
Setelah belajar dengan memahami alur pertanyaan, saya semakin percaya diri
untuk melakukan dan menggali gagasan dan membantu coachee.
Pembelajaran
Dari modul coaching untuk supervisi akademik saya belajar mengenai perbedaan
coaching dan metode lainnya.
Saya belajar juga mengenai paradigma berpikir coaching seperti : 1.
Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan, 2. Bersikap terbuka dan ingin
tahu, 3. Memiliki kesadaran diri yang kuat, serta 4. Mampu melihat peluang baru
dan masa depan.
Saya juga belajar mengenai prinsip coaching yaitu kemitraan, proses kreatif,
dan memaksimalkan potensi. Dalam berinteraksi dengan rekan sejawat atau siapa
saja, kita dapat menggunakan ketiga prinsip coaching tersebut dalam rangka
memberdayakan orang yang sedang kita ajak berinteraksi.
Setelah memahami paradigma berpikir dan prinsip coaching, saya belajar
mengenai kompetensi inti coaching yaitu kehadiran penuh, mendengarkan aktif
(mendengarkan dengan RASA), menggunakan pertanyaan berbobot.
Pada alur TIRTA saya belajar membuat pertanyaan yang berbobot melalui
tahapan TIRTA (Tujuan, Idantifikasi dan Rencana, serta Tanggung jawab). Pada
akhir TIRTA dipelajari juga mengenai cara memberi umpan balik yang baik.
Pada sub modul 2.3.4 saya mulai belajar mengenai Supervisi Akademik dengan
Paradigma Berpikir Coaching. Pada materi ini saya belajar mengenai tahapan pelaksanaan supervisi
akademis dimulai dari supervisi akademik dengan paradigma berpikir Coaching, Tindak
lanjut Supervisi, dan diakhiri dengan Kepala Sekolah sebagai seorang Coach.
Saya belajar bahwa inti dari coaching bukanlah memberi tahu coachee,
namun menggali jawaban dari coachee menggunakan alur pertanyaan TIRTA. Dengan
memahami alur pertanyaan TIRTA, coachee mampu memecahkan masalahnya sendiri.
Dalam supervisi akademik, alur TIRTA digunakan untuk membantu
pelaksanaan pembelajaran yang berkualitass di sekolah. Dengan kemampuan ini CGP
diharapkan menjadi pelopor penggerak pembelajaran berkualitas di sekolah.
Penerapan
Hal yang harus saya lakukan dari modul ini, pertama adalah
mengulang-ulang cara bertanya saya. Saya harus berlatih untuk bertanya tanpa
menggurui, bertanya tanpa merendahkan. Saya akan mulai melakukan coaching untuk
peserta didik, kemudian guru di jenjang yang sama. Saya yakin dengan coaching
ini mampu meningkatkan peran saya sebagai rekan sejawat yang baik atau guru
yang baik.
Guru Bergerak, Indonesia Maju