Penelitian tentang model pembelajaran, gaya belajar, hingga filsafat pendidikan yang banyak dilakukan oleh guru dan peneliti lain, sudah selayaknya kita manfaatkan untuk pengembangan diri kita sebagai pendidik.
Menyelami peran teknologi dalam pendidikan modern
Skenario:
INT. RUANG KELAS - HARI
Kelas Birrul Walidain dipenuhi dengan murid-murid yang tengah
sibuk belajar. TAUFIK (16 tahun, pemberani) duduk di bangkunya dengan serius.
Di seberang ruangan, ANTON (18 tahun, berandalan sekolah) memandang Taufik
dengan tatapan sinis. YULIA (17 tahun, teman sekelas Taufik) duduk di dekatnya,
sedang membaca buku.
Kamera fokus pada Taufik yang merasakan guncangan ringan.
TAUFIK (enteng kaki) Kalian merasakan itu?
Yulia dan beberapa murid menggelengkan kepala, tapi Anton
tersenyum sinis.
ANTON (sambil tertawa kecil) Ngeri juga kau, Taufik. Gempa apa
yang kau maksud?
TAUFIK (bersungguh-sungguh) Aku serius, Anton. Aku merasakan
getaran kecil. Kita harus bersiap-siap.
INT. LORONG SEKOLAH - SEBENTAR KEMUDIAN
Taufik, Anton, dan Yulia berjalan di lorong sekolah. Suasana
tenang, tapi Taufik tetap waspada.
TAUFIK (rendah) Apa yang harus kita lakukan jika ada gempa?
YULIA (santai) Biasanya, kita berlindung di bawah meja atau di
area terbuka yang aman.
ANTON (seolah tidak peduli) Ah, gempa di sini jarang terjadi.
Tak perlu khawatir.
Seketika, gempa bumi yang kuat terjadi. Gempa mengguncang
sekolah dengan keras. Siswa-siswa berteriak dan berlarian dalam kepanikan.
INT. RUANG KELAS - BEBERAPA MENIT KEMUDIAN
Taufik, Anton, dan Yulia berada di bawah meja, berusaha
melindungi diri dari reruntuhan.
TAUFIK (dengan suara lantang) Kita harus tetap tenang dan
berpegangan pada meja ini. Jangan panik!
YULIA (takut) Apa yang akan terjadi pada kita, Taufik?
ANTON (dengan sinis) Kamu bodoh, Taufik. Kita akan baik-baik
saja. Tak perlu panik seperti Taufik yang lemah.
Seketika, langit-langit ruangan runtuh. Cahaya listrik padam,
hanya ada kegelapan. Taufik, Anton, dan Yulia terjebak di bawah reruntuhan.
TAUFIK (terdengar terengah-engah) Ini bukan saatnya untuk saling
menyalahkan. Kita harus bekerja sama untuk keluar dari sini.
Yulia dan Anton terdiam sejenak, menyadari pentingnya kerjasama
dalam situasi yang genting ini.
YULIA (tersenyum getir) Baiklah, Taufik. Apa yang harus kita
lakukan?
TAUFIK (berpikir cepat) Kita perlu mencari jalan keluar. Aku
ingat ada pintu darurat di sebelah kantin. Mari kita cari bersama-sama.
Mereka bergerak hati-hati di bawah reruntuhan, saling membantu
satu sama lain. Lampu senter yang ditemukan Taufik menjadi satu-satunya sumber
cahaya dalam kegelapan.
INT. LORONG SEKOLAH - BEBERAPA MENIT KEMUDIAN
Taufik, Anton, dan Yulia berhasil mencapai pintu darurat yang
masih bisa dibuka. Mereka keluar dari gedung yang rusak parah.
TAUFIK (lega) Alhamdulillah, kita berhasil keluar. Tapi kita
masih harus berhati-hati, bisa jadi ada bahaya lain.
ANTON (menyesali sikapnya sebelumnya) Maaf, Taufik. Kau benar,
kita harus mempersiapkan diri. Terima kasih telah menyelamatkan kami.
YULIA (memandang Taufik dengan rasa kagum) Taufik, kau adalah
pahlawan kita. Kita tidak akan bisa keluar dari situasi ini tanpamu.
Taufik tersenyum, merasa lega bahwa mereka semua selamat. Mereka
melangkah menuju keamanan, bersatu dan kuat dalam menghadapi masa sulit.
FADE OUT.
Jurnal Refleksi
Dwimingguan 13 (4 Juni – 18 Juni)
PERISTIWA
Rentang waktu dwiminggu ketiga belas, aktivitas di LMS
sudah sangat berkurang banyak. Ini merupakan sebuah keuntungan bagi CGP untuk
mempersiapkan diri menghadapi Sumatif Akhir Tahun (SAT) 2022/2023. Hanya
beberapa kegiatan yang bisa dilaksanakan tanpa tergesa-gesa namun harus tetap
fokus.
Setelah dilaksanakannya lokakarya 5 pada Hari Ahad
tanggal 4 Juni 2023, pada hari rabu tanggal 7 Juni 2023 langsung dilaksanakan
pendampingan individu 6 oleh pengajar praktik. Waktu begitu cepat, tiba-tiba
sudah PI 6.
Pada saat PI 6 CGP melakukan pengisian kuisioner dan
angkat perkembangan CGP selama melaksanakan pendidikan. Ada 5 guru yang harus
mengisi kuisioner, 5 murid, dan kepala sekolah. Hasil dari pengisian dianalisis
dan digunakan untuk tindak lanjut perbaikan pengembangan CGP.
Pada hari Ahad 18 Juni 2023 dilaksanakan lokakarya 6
di SMP Negeri 6 Sragen. Lokakarya 6 ini membicarakan aksi yang akan dilakukan
oleh CGP dan prakarsa perubahan yang melibatkan aset di sekolah.
PERASAAN
CGP merasa sangat senang, karena mendapat teman baru
dari PP yang lain saat lokakarya 6. Dengan berinteraksi di lokakarya ini, CGP
mendapat kesempatan menimba ilmu baru. Ada perasaan bangga ketika masing-masing
CGP mengapresiasi prakarsa perubahan yang dilakukan oleh CGP lainnya.
Rasa khawatir sempat
muncul, mengingat waktu tersebut digunakan untuk menyelesaikan rapor kenaikan
kelas, dan proses input nilai kelas 6 yang akan digunakan untuk PPDB SMP.
Walaupun CGP tidak memasukkan sendiri, namun CGP turut bertanggung jawab akan
kegiatan tersebut.
Saat CGP mendalami materi paket modul 1, paket modul
2, dan modul 3.3 ini, CGP merasa banyak yang harus diperbaiki, terutama dalam memfasilitasi
murid untuk belajar, dan cara pandang dalam pengelolaan sumber daya sebagai
modal/aset dan pengelolaan program yang berdampak positif pada murid. Dari
momen tersebut, CGP merasa tergerak untuk memperbaiki cara pandang sebagai guru
dalam menyusun program yang berdampak positif pada murid agar terwujud
kepemimpinan murid
PEMBELAJARAN
Dari 2 minggu ini, CGP mendapat ilmu untuk meningkatkan kompetensi
sebagai seorang pendidik dan sebagai seorang pemimpin pembelajaran yang harus
mampu mengelola program yang berdampak positif pada murid. Sebelum mempelajari
modul 3.3 ini, CGP berpikir bahwa sebagai pemimpin dalam pengelolaan program
yang berdampak positif ada murid hanya melihat satu sisi tanpa memperhatikan
suara, pilihan, dan kepemilikan murid. CGP hanya tahu bahwa peran guru dan
kepala sekolah sudah cukup untuk melaksanakan perubahan di sekolah, serta perbaikan kualitas pembelajaran.
Dari pembelajaran modul 3.3 ini, CGP sadar diri dan
terus melatih keterampilan sebagai pemimpin dalam pengelolaan program yang
berdampak positif pada murid. Selain itu, pada aktivitas modul 3.3 ini, CGP yakin
bahwa untuk menumbuhkan jiwa dan perilaku kepemimpinan pada murid dalam proses
belajar, maka ada tiga aspek yang dapat ditinjau, yaitu suara murid, pilihan
murid, dan kepemilikan murid yang perlu dipertimbangkan dengan baik oleh guru.
Pilihan (choice) seorang murid akan sangat penting,
dimana murid dapat mengambil kepemilikan atas pembelajaran mereka. Melalui
pemilihan dan kepemilikan, maka suara (voice) mereka dapat diwujudkan. Ketiga
aspek tersebut harus senantiasa direncanakan dan dilaksanakan dalam proses
pembelajaran. Dengan adanya pelibatan student agency atau kepemimpinan murid,
penumbuhkembangan profil pelajar Pancasila akan bisa dilakukan secara nyata dan
akurat.
PENERAPAN
Dari seluruh pembelajaran modul PGP ini, CGP termotivasi untuk menjadi bagian dari
perubahan dan mencoba mulai dari diri sendiri untuk melakukan hal terbaik dalam
mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid dan kepemimpinan murid. Potensi yang ada dan berkaca pada rapor mutu
pendidikan, membuat CGP yakin untuk melaksanakan perubahan.
Dari rangkaian aktivitas pembelajaran, mulai dari modul 1 hingga 3, CGP semakin
termotivasi untuk melaksanakan rancangan program yang berdampak positif di SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen.
Sangat terasa sekali, program guru penggerak
masuk pada dwiminggu kedua belas. Pembelajaran pada dwiminggu 12 ini merupakan
tahap akhir penyelesaian belajar pada LMS.
Kegiatan ini dimulai pada tanggal 22 Mei 2023.
Fasilitator mengingatkan CGP untuk segera mempelajari aktivitas yang akan
dilakukan pada ruang kolaborasi. Ruang kolaborasi dilaksanakan pada hari Senin,
pukul 12.30. Tak seperti biasanya yang dilaksanakan sora hari, Rukol ini
dilaksanakan tengah hari. Aktivitas yang dilakukan adalah berdiskusi membahas rencana program dari masing-masing
aset yang ada di sekolah.
Kelompok sengaja dibuat sejenjang, dimana kami berlima
dari jenjang SD, yaitu pak Milan, pak Triyanto, bu Okta, dan bu Mia, serta saya
sandiri membahas sebuah program yang dirancang untuk murid SD, yang bernama
OSSIKADA (organisasi siswa sekolah dasar). Pada hari berikutnya, dilaksanakan
presentasi hasil diskusi pada hari pertama. Alhamdulillah lancar. Hasil presentasi
dikumpulkan pada unggahan Ruang Kolaborasi.
Pada hari Rabu 24 Mei, kami diminta mulai
menyusun Demonstrasi Kontekstual tentang Pengelolaan Program yang Berdampak
Pada Murid. Tugasnya berupa menyusun kegiatan yang menggunakan alur BAGJA,
memuat profil pelajar Pancasila serta mencantumkan aset yang bisa mendukung program
tersebut. Pada hari tersebut pula CGP melaksanakan pendampingan individu 5. Pada
PI 5 ini CGP melaksanakan wawancara pasca observasi bersama seorang guru dan
dinilai oleh pengajar praktik. Hasil dari wawancara ini diunggah sebagai
aksinyata modul 2.3.
Kegiatan elaborasi pemahaman dilaksanakan pada
tanggal 26 Mei 2023, bersama Instruktur bapak Ayatollah Hidayah dari Sulawesi
Selatan. Kegiatan berlangsung sangat menraik, mengingat setiap CGP diminta
berpendapat dan berperan aktif dalam diskusi.
Setelah pelaksanaan elaborasi pemahaman,
saatnya CGP menulis Koneksi antar materi yang memuat pengalaman dan mengaitkan
pemahaman mulai modul 1.1. Setelah kegiatan ini, ditutup dengan pelaksanaan
Post Test pada 31 Mei 2023.
Rangkaian terakhir dwimingguan 12 adalah
pelaksanaan Lokakarya 5 yang dilaksanakan pada Ahad 4 Juni 2023.
Perasaan
Sejak awal masuk Ruang Kolaborasi, saya merasa
tertarik dengan materi Perencanan Program yang Berdampak positif Pada Murid. Hal
ini bagi saya merupakan kegiatan yang tidak asing, mengingat saya pernah
belajar ilmu perencanaan. Namun menjadi hal baru manakala harus berhubungan
dengan program yang berdampak pada murid. Ini hal menariknya, menjadi ilmu yanb
baru saya pelajari.
Saya tertantang untuk bisa membuat sebuah
program yang harus melihat aset yang ada, melihat student agency, dan sesuai
denga profil pelajar Pancasila. Mengaitkan semua ke dalam sebuah program yang
berdampak, merupakan suatu hal yang menantang.
Saya sangat bersyukur bisa mempelajari materi
ini, karena bisa memandang sebuah program dengan berbagai hal, aset, student
agency, dan berbasis BAGJA.
Pembelajaran
Dari materi dan pengalaman pembelajaran yang
telah saya alami, saya banyak belajar mengenai pentingnya memahami potensi
sumber daya sekolah, kepemimpinan murid, dan tujuh karakteristik lingkungan
yang mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid.
Program yang baik ini tentunya harus melaui
tahapan yang benar pula, salah satunya yang digunakan pada PGP adalah BAGJA.
Prakarsa perubahan dimulai dari pertanyaan yang mendorong jawaban reflekatif
dan terukur.
Dalam modul ini, saya mempelajari materi
tentang menyusun sebuah program yang berdampak positif pada murid, cara
menumbuhkan student agency (kepemimpinan murid) dengan suara (voice),
pilihan (choice), dan kepemilikan (ownership) murid, lingkungan
yang mendukung tumbuh kembang kepemimpinan murid, serta pentingnya melibatkan
komunitas untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid.
Secara umum, saya dapat memahami dan
mengimplementasikan materi yang saya pelajari dalam modul ini dengan baik.
Meskipun ada beberapa materi masih belum saya kuasai terutama tentang
lingkungan yang mendukung tumbuh kembang murid. Saat sesi ruang kolaborasi,
kami diminta untuk membuat sebuah program yang berdampak pada murid. Program
yang direncanakan ini juga melihat aset yang dimiliki oleh sekolah serta mampu
menumbuhkan kepemimpinan murid dengan melibatkan suara, pilihan, dan
kepemilikian.
Penerapan
Setelah saya mempelajari, berdiskusi, dan
mencoba melakukan kajian sumber daya, saya semakin yakin untuk bisa memajukan
sekolah melalui program berdampak positif. Melalui program ini pula saya
berharap mampu menumbuhkan kepemimpinan murid mewujudkan karakter profil
pelajar pancasila. Selain itu, saya juga akan menyebarkan pengetahuan dan
pengalaman saya dalam menyusun program yang berdampak positif pada murid ini
pada guru lain.
Indonesi maju berawal dari optimisme guru merancang
program yang berdampak positif pada murid.
Jurnal refleksi dwimingguan 11
Tidak terasa kami sudah menyelesaikan modul 3.2. Dan saat penyusunan jurnal dwimingguan 11 ini kami berada di modul 3.3.
1. Fact
Modul 3.2 merupakan salah satu modul yang harus dikerjakan dengan sepenuh hati, pikiran terbuka. Seperti diketahui, modul 3.2 membahas mengenai sumber daya yang ada di sekolah. CGP dituntut untut bisa memetakan 7 modal yang ada di sekolah.
Pada tanggal 8 Mei 2023, Fasilitator mengingatkan CGP untuk menyelesaikan demonstrasi kontekstual. Kegiatan Dekon berupa melihat tayangan video, kemudian CGP diminta untuk menemukan prakarsa perubahan yang ada dalam tayangan menggunakan tahapan BAGJA. Laporan dapat dituliskan dalam bentuk narasi atau video.
Pada hari Rabul 10 Mei 2023, CGP diminta untuk menyelesaikan Koneksi Antar Materi. Pada hari itu juga dilaksanakan meet elaborasi pemahaman, dengan instruktur bapak Dadang Darmawan dari Ciamis. Diskusi berlangsung sangat menarik, karena masing-masing CGP berkesempatan memberikan jawaban pertanyaan yang diberikan.
Pada tanggal Senin 15 Mei 2023, Fasilitator mengingatkan CGP untuk mulai membaca modul 3.3, membaca Mulai dari Diri, eksplorasi konsep mandiri. Modul 3.3 membahas mengenai pengelolaan program yang berdampak pada murid.
Mulai tanggal 16 Mei, dibentuk kelompok untuk membahas eksplorasi mandiri secara diskusi di LMS. Saya mendapat kesempatan untuk sekelompok dengan ibu Anis, Pak Agung, dan ibu Ida. Kami diminta merancang kegiatan dengan tema besar pengelolaan program yang berdampak pada murid.
2. Feeling
Senang dan gembira, tentunya CGP rasakan. Tidak terasa sudah hampir selesai perjalanan program gurupenggerak ini. Banyak ilmu yang sudah dipelajari. Interaksi dan diskusi yang selama ini dirasakan membauat saya bangga, bahwa kedewasaan berfikir dan bergerak, diperlukan oleh CGP penggerak dalam turut berperan di komunitasnya.
Sehubungan dengan materi pengelolaan sumber daya, saya yakin bahwa dengan kolaborasi yang baik di sekolah, kita mampu menemukenali hal-hal baik yang ada. Alih-alih mencari kekurangan yang pasti selalu ada dan dianggap sebagai penghalang.
Pada kesempatan ini juga saya merasa senang, Ketika harus berdiskusi di ruang maya secara asinkron. Kami belajar untuk menunggu jawaban atas sebuah pertanyaan yang tak kunjung dijawab, karena kesibukan CGP yang lain. Salah satu hasil dari belajar asinkron adalah bersabar.
3. Finding
Banyak ilmu yang saya pelajari dari dua pekan ini. Belajar mengenai pentingnya berfikir positif terhadap kelebihan yang ada membuat saya sadar, bahwa energi yang terbuang dari berfikir positif atau berfikir negative itu sama, namun hasil yang didapatkan jauh berbeda.
Dengan belajar BAGJA saya juga makin paham bahwa dalam pengelolaan program sekolah hendaknya berangkat dari Buat Pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, hingga Atur eksekusi. Dari ekplorasi konsep, kami juga belajar untuk bertanya dengan pertanyaan yang berbobot seperti pada alur TIRTA, dimana dalam diskusi tidak hanya meminta jawaban YA atau TIDAK, sehingga diskusi berjalan baik.
Kaitanya dengan program yang kami rancang, berupa “makanan tradisional warisan leluhur”. Kegiatan yang ada berupa bazar makanan di sekolah. Kegiatan ini berkaitan dengan beberapa hal yang berisi kegiatan agar murid memiliki keterampilan mencari informasi, merencanakan kegiatan, memasak, mengemas makanan hingga menyajikan menjadi dagangan yang bermutu tinggi.
Program tersebut juga sejalan dengan filosofi KHD bahwa pendidik hendaknya menuntun murid sesuai kodrat alam dan kodrat zaman. Dengan memperhatikan hal tersebut, pada program kuliner, dimana murid harus disiapkan memiliki keterampilan yang sesuai dengan budaya lokal di lingkungan murid. Pelibatan murid dalam kegiatan haruslah mempertimbangakan Suara (Voice), pilihan (Choice), dan kepemilikian (Owner).
4. Future
Setelah mencoba berdiskusi secara asinkoron, CGP mulai paham alur merencanakan sebuah kegiatan. Selama ini setiap akan membuat kegiatan, tidak selalu mempelajari aspek SUARA-PILIHAN-KEPEMILIKAN murid. Ke dapan, CGP akan senantiasa mempertimbangkan aspek tersebut.
Adapun yang terkait dengan 7 modal atau kekuatan yang ada di sekolah, seperti yang dipelajari di modul 3.1, bahwa sebisa mungkin CGP harus jeli dalam menemukenali asset yang ada. Dengan ditemukenali asset yang ada, diharapkan CGP mempu membuat dan merencanakan program yang berdampak pada murid.
Saya siap merancanakan program berdampak pada murid dengan melibatkan murid.
Guru hebat adalah guru yang membuat murid menjadi hebat.
Koneksi Antar Materi
Modul 3.2 Pemimpin Pembelajaran Dalam Pengelolaan Sumber Daya
Oleh Anton Budi Nugroho
SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen
Calon Guru Penggerak angkatan 7
Kabupaten Sragen
Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP mampu menghubungkan materi modul ini dengan modul-modul yang didapatkan sebelumnya.
Kesimpulan tentang “Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya” dan implementasi di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.
Ekosistem merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup dalam sebuah lingkungan. Sebuah ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu. Jika diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis.
Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya seperti : murid, kepala sekolah, guru, staf/tenaga kependidikan, kengawas sekolah, orang tua, masyarakat sekitar sekolah, dinas terkait, serta Pemerintah Daerah. Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah: keuangan, sarana dan prasarana, serta lingkungan alam.
Dalam modul 3.2 ini terdapat pendekatan berfikir dalam pengelolaan aset, yang terdiri dari 2 jenis, yakni pendekatan berbasis kekurangan/ masalah (deficit based thinking) dan pendekatan berbasis asset (asset based thinking). Pendekatan berbasis kekurangan/ masalah (Deficit-Based Thinking) akan melihat dengan cara pandang negatif. memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah memusatkan pikiran pada kekuatan positif, pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.
Seorang pemimpin pembelajaran di sekolah, harus bisa menerapkan pemikiran yang berbasis aset atau asset based thinking karena pertimbangan bahwa berfikir berbasis aset :
Seorang pemimpin pembelajaran harus mempunyai pola pikir dan sikap positif, sehingga bisa mengelola aset yang ada dan memanfaatkan aset yang ada untuk kepentingan pembelajaran yang berkualitas, dan mewujudkan siswa yang bahagia. Tentunya pendekatan yang dilakukan merupakan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA), yang mana menekankan pada:
Berdasarkan sumberdaya yang ada dimiliki sekolah dan dua komponen penting dalam ekosistem sekolah, seorang pemimpin pembelajaran harus bisa memetakan tujuh aset / potensi atau modal utama sebuah sekolah serta mengelolalnya dengan baik. Ketujuh kelompok aset tersebut meliputi: (1) Modal Manusia (2) Modal Fisik (3) Modal Sosial (4) Modal Finansial (5) Modal Politik (6) Modal Lingkungan/ Alam (7) Modal Agama dan Budaya.
Guru diharapkan mampu mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya, merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan, dan melaksanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan.
Sebagai calon guru penggerak, saya bisa memulai dengan menginventarisir hal-hal positif (aset) yang ada dan mengelompokkan ke dalam tujuh modal yang ada. Dengan menemukenali modal yang ada, diharapkan mampu memudahkan membuat perencanaan ke depan.
Contoh hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.
Sekolah merupakan institusi pendidikan yang bertanggungjawab dalam mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Kepala sekolah berperan menjadi seorang pengelola/manajer yang harus mampu mengatur kehidupan sekolah. Sumber daya manusia (guru dan tenaga kependidikan, GTK) sebagai pelaku dan pelaksana yang ada merupakan ujung tombak keberhasilan visi misi sekolah. Pengelolaan sumber daya dilakukan dengan beberapa aktivitas termasuk persiapan, penataan, pengarahan, dan pengawasan.
Kepala sekolah dalam pembinaan dan pengembangan tenaga yang dimiliki dapat dilakukan dengan peningkatan profesionalisme, pembinaan karir, dan peningkatan kesejahteraan. Langkah tersebut tentu akan berpengaruh terhadap kontribusi tenaga pendidik dan kependidikan atau sumber daya manusia yang dimiliki sekolah dalam pencapaian tujuan sekolah. Dengan mengetahui potensi masing-masing GTK, kepala sekolah mampu melejitkan potensi dan mendudukan GTK dalam tugas yang sesuai.
Modal sosial terkait erat dengan keberadaan sekolah denga lingkungan sosial yang ada. Hubungan yang baik dengan masyarakat akan mampu menumbuhkan budaya kerja yang saling mendukung. Bantuan masyarakat yang ada, dapat digunakan untuk mendukung keberlangsungan pembelajaran di sekolah. Modal ini bisa didapat apabila sekolah mampu menjalin komunikasi dengan masyarakat.
Keberadaan sekolah di perkotaan, perdesaan, pesisir pantai ataupun di tengah perkampungan merupakan modal yang sangat unik dan khas. Sekolah hendaknya mampu melihat lokasi strategis ini sebagai peluang. Aspek lokasi dan geografis yang ada harusnya dilihat sebagai peluang untuk memajukan sekolah.
Setiap sekolah akan memimpikan memiliki gedung yang megah, bersih, lengkap dan nyaman. Akan tetapi pemerintah (bagi sekolah negeri) dan yayasan (bagi sekolah swasta) tidak akan mampu sekaligus memenuhi keinginan ini. Kepala sekolah yang baik akan memandang kekuranglengkapan fasilitas sebagai sebuah peluang, bukan kendala. Sekolah bisa memanfaatkan fasilitas yang ada seoptimal mungkin. Ketiadaan lapangan olahraga di sekolah dapat diantisipasi dengan sesekali menggunakan lapangan terdekat, sambil mengajari anak bersosialisasi dengan warga sekitar. Minimnya peralatan TIK disiasati dengan belajar bersama secara bergantian, sambil melatih empati antar murid.
Semua upaya yang dilakukan tersebut sebenarnya bermuara pada kepentingan peserta didik, yaitu menghasilkan lulusan yang bermutu, lulusan yang menguasai seluruh kompetensi yang dipersyaratkan dengan kategori baik. Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa kepala sekolah harus melakukan upaya-upaya tertentu dalam mengelola sumber daya manusia yang dimiliki sekolah agar seluruh tenaga, terutama guru dan tenaga administrasi agar mereka memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian tujuan sekolah sesuai dengan visi dan misi sekolah.
Hubungan dengan modul
Berikut hubungan materi antar modul:
1. Modul 1.1 Refleksi Filosofi Ki Hajar Dewantara : Pemetaan potensi yang bisa disesuaikan untuk menuntun murid sesuai kodratnya. Bagaimana guru dapat memetakan kebutuhan belajar murid dengan menggali aset/kekuatan yang ada.
2. Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak: Kompetensi atau kemampuan untuk merefleksikan, membuat inovasi dan kreatifitas serta berkolaborasi dalam mendukung kesadaran pemimpin pembelajaran dalam melihat aset/kekuatan yang ada.
3. Modul 1.3 Visi Guru Penggerak: Konsep BAGJA dan 5D digunakan untuk memulai perencanaan dalam pengelolaan sumber daya.
4. Modul 1.4 Budaya Positif: Memetakan potensi / aset adalah salah satu cara berpikir positif dalam perencanaan pengembangan sumber daya.
5. Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi: Dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi, guru bisa memetakan minat dan kreatifitas siswa sebagai aset terbaik sekolah.
6. Modul 2.2 Keterampilan Sosial dan Emosional: Kompetensi / kemampuan guru dalam keterampilan sosial dan emosional dalam memaksimalkan pembinaan siswa sebagai aset sekolah.
7. Modul 2.3 Coaching: Teknik, prinsip, dan langkah-langkah coaching bisa dilakukan guru untuk menggali kemampuan dan kemandirian coachee sebagai aset sekolah, dalam menyelesaikan permasalahannya.
8. Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran : Dengan menerapkan konsep, paradigma dan nilai kebaikan bersama serta penerapan 9 langkah pengambilan keputusan, maka pengelolaan aset dapat berjalan lebih optimal.
Ceritakan pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.
Sebelum sampai pada modul ini, saya masih berfikir bahwa untuk mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan, kita membutuhkan dukungan sarana yang lengkap, dana yang memadai untuk membeli semua aset yang dibutuhkan. Kekuranglengkapan sarana yang ada sering membuat saya beralasan untuk berinovasi. Saya sering beralasan karena ketiadaan sarana dan dana. Jika dibuat dalam sebuah daftar (list) sebelum membaca modul ini saya :
1. Masih berfikir bahwa kekurangan sarana merupakan penghambat kualitas pembelajaran di kelas.
2. Hanya melihat aset berupa modal finansial dan fisik.
3. Belum maksimal dalam mengelola sumberdaya yang ada
Sesudah mempelajari modul ini saya mulai tercerahkan, bahwasanya cara berfikir saya masih perlu diluruskan, yaitu saya harus lebih berfokus pada sumber daya yang ada, dengan senantiasa menemukenali dan melihat 7 aset yang ada. Dengan mengingat 7 modal tersebut saya bisa melangkah, apa yang bisa saya kembangkan dari masing-masing modal.
Perbedaan Sebelum dan Sesudah Mempelajari Modul 3.2 (Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya) saya makin mantap dan lebih optimis untuk menjadi seorang pemimpin dalam mengelola sumber daya yang ada, dimana kerangka berfikir positif senantiasa diutamakan. Dengan adanya kerangka berfikir positif, maka akan mudah melakukan asset based thinking. Dengan berfikir berbasis aset, akan mudah untuk mengelola sumberdaya yang ada.
Hari ini, Rabu 1 Januari 2025, saya mulai dengan menginstal aplikasi blogger dan wordpress di perangkat milik sekolah yang saya bawa. semoga...